Tolak Debat dengan Effendi Gazali, Susi: Nelayan Lebih Mengerti!

Tolak Debat dengan Effendi Gazali, Susi: Nelayan Lebih Mengerti!

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 17 Feb 2020 14:25 WIB
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti
Foto: Bagus Kurniawan/detikom
Jakarta -

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti berseteru di Twitter dengan Ketua Komisi Pemangku-Kepentingan dan Konsultasi Publik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KP2-KKP) Effendi Gazali. Susi kecewa dengan pernyataan Effendi yang seakan-akan membenarkan ekspor benih lobster.

Disindir Susi, Effendi pun menjawab, dia menolak klaim Susi yang menyebut dirinya mendukung ekspor benih lobster. Bahkan, Effendi pun mengajak Susi berdiskusi terbuka dalam sebuah forum diskusi publik mengenai kondisi lobster.

Susi pun menanggapi jawaban dari Effendi. Bukan dirinya, dia menilai ada orang yang lebih cocok berdebat dengan Effendi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kan sudah saya jawab. Pak Rahman lebih cocok debat sama EG (Effendi Gazali)," kata Susi kepada detikcom, Senin (17/2/2020).

Lalu, dalam cuitan di Twitternya pada Sabtu 15 Februari lalu dia menyebutkan orang tersebut adalah Kepala Desa Bagolo Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, Rahman Hidayat. Sosok kepala desa sekaligus nelayan ini pernah menjadi narasumber dalam sebuah pemberitaan detikcom yang dibagikan Susi dalam cuitannya.

ADVERTISEMENT

Menurutnya, Rahman lebih berilmu kalau mau bicara soal lobster. Maka dia menilai Rahman cocok berdebat dengan Effendi yang menurutnya berilmu.

"Nelayan nama Rahman di artikel detik ini jauh lebih mengerti ttg Lobster, dibanding saya. Sebaiknya yg berilmu debat dg yg berilmu," cuit Susi.

Dalam artikel tersebut, Rahman menegaskan pihaknya menolak rencana pemerintah untuk membuka keran ekspor benih lobster atau yang biasa dikenal nelayan dengan sebutan baby lobster. Karena akan merusak usaha nelayan.

"Kami setuju untuk tetap dilarang penjualan apalagi ekspor baby lobster. Karena nantinya akan merusak dan menghancurkan usaha nelayan sendiri dari segi penghasilan," kata Rahman.

Dia meminta pemerintah tetap tegas melarang ekspor benih lobster jika tak ingin lobster punah dari lautan Indonesia. Rahman mensinyalir ada oknum atau mafia di balik ekspor ini.

"Kalau boleh mafia atau oknum itu dihukum oleh nelayan saja. Rek dikarungan dialungkeun ka laut oknum na (Mau dimasukan karung dilempar ke laut oknumnya)," kata Rahman sambil melempar senyum.

Desa Bagolo sendiri merupakan salah satu wilayah penghasil lobster di Kabupaten Pangandaran Jawa Barat. Setiap hari ratusan kilogram lobster ukuran konsumsi dihasilkan dari tangkapan 157 nelayan yang ada di desa tersebut.

Sejak beberapa tahun terakhir, para nelayan ini merasakan betul semakin menurunnya tangkapan lobster akibat aktifitas penangkapan yang membabi-buta hingga baby lobster. Saat ini seorang nelayan bisa membawa pulang puluhan kilogram lobster ukuran besar, hanya tinggal cerita. Kalau pun ada, sangat jarang sekali.




(eds/eds)

Hide Ads