Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berencana mengenakan cukai pada minuman berpemanis. Langkah tersebut ditempuh untuk mengurangi konsumsi barang yang dianggap berbahaya.
detikcom menggelar polling untuk mengetahui respons masyarakat terkait rencana aturan tersebut. Polling digelar sejak kemarin malam dan berakhir sore ini tepat pukul 19.00.
Hasilnya, sebanyak 215 pembaca detikcom mengikuti poling tersebut disertai alasan mereka. Dari jumlah itu, 117 orang mengaku setuju, sementara sisanya sebanyak 95 orang mengaku tidak setuju.
"Setuju dikenakan cukai, sumber penyakit." kata seorang pembaca yang mengisi kolom komentar, Jumat (21/2/2020).
Baca juga: Setuju Nggak Minuman Ringan Kena Cukai? |
Pembaca lainnya yang mengaku setuju dengan rencana kebijakan ini adalah Paulus Pangaribuan. Menurutnya, sudah seharusnya negara hadir dalam bentuk kebijakan yang bisa membantu menjaga kesehatan masyarakat.
"negara harus hadir utk kebaikan rakyatnya, dgn dikenakan cukai masyrakat mempertimbangkan membeli atau tdk produk tsb dan produsen brg juga akan berinovasi utk menghasilkan produk yg lebih sehat..." tutur dia.
Bagi mereka yang menolak, kebijakan ini dianggap bakal meningkatkan beban pengeluaran masyarakat. Mereka khawatir, kondisi akan semakin memukul daya beli masyarakat yang sudah tertekan.
"otomatis: rakyat keluar uang lebih buat makan di restoran yang ada paket "minuman berpemanis", restoran sepi. pabrik2 minuman manis kena tambahan pajak, harga dinaikan, pemasukan berkurang, investor kabur. warung2 kelontong otomatis menaikan harga minuman, jarang ada yg beli dan dia bangkrut. apa2 cukai, apa2 pajak. nanti lama2 makanan instan kena cukai karena termasuk β£"konsumsi barang yang dianggap berbahaya". ckckkckckckc" kata pembaca bernama Threevia3.
Senada, pembaca lainnya juga khawatir kebijakan in bisa mendorong kenaikan inflasi yang pada akhirnya akan membebani masyarakat.
"Tidak setuju karena akan menyebabkan inflasi barang dan dapat merambat kepada makanan makan lain yg juga menggunakan pemanis. Akibatnya daya beli masyarakyat makin rendah dan industri juga akan gulung tikar dan pengangguran tambah banyak," tutur Indra.
(dna/ang)