Pengusaha Logistik Babak Belur Setelah Corona Hantam Ekspor-Impor

Pengusaha Logistik Babak Belur Setelah Corona Hantam Ekspor-Impor

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 13 Mar 2020 13:00 WIB
Kapal Raksasa Ekspor ke AS
Foto: Hendra Kusuma
Jakarta - Imbas virus corona makin merembet kemana-mana, tak terkecuali sektor transportasi. Sektor transportasi laut misalnya, pengusaha logistik mengaku telah terjadi penurunan order pengiriman, hal ini disebabkan oleh berkurangnya kegiatan ekspor impor.

Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Masita mengatakan kegiatan impor dari China sebagai negara asal virus corona turun hingga 30%, padahal kegiatan perdagangan Indonesia dan negeri bambu cukup intens.

Sementara itu, dia mengatakan China juga mulai membatasi ekspor produk dari Indonesia.

"Sektor laut berkurang untuk impor sekitar 30%. Export ke China untuk produk perishable atau segar juga berkurang jauh krn china membatasi import produk segar," ungkap Zaldy kepada detikcom, Jumat (13/3/2020).

Zaldy mengatakan bahwa penurunan pendapatan akan segera terjadi. Untuk itu dia mengatakan Indonesia harus lebih aktif mencari pasar baru.

"Penurunan pendapatan sudah pasti, tapi belum ada datanya. Saya rasa kita harus mencari pasar-pasar baru yang lain," kata Zaldy.

Sementara itu, ketua umum Pengusaha Pelayaran Niaga Nasional (Indonesia atau Indonesian National Shipowners' Association/INSA) Carmelita Hartoto mengatakan sektor pengiriman batu bara yang notabenenya paling banyak ke China terdampak besar virus corona.

Khususnya, pada sektor transportasi laut penunjang pengiriman batu bara. Mulai dari tug & barge, floating crane, dump truck, dan stevedoring bongkar muat batu bara pada pelabuhan muat di Indonesia mengalami kekurangan order.

"Jumlah muatan export dan import terutama untuk tujuan China dan dari China, apalagi batu bara, berkurang drastis. Hal ini berdampak tidak langsung pada kegiatan penunjang. Untuk penunjang exports transhipment batu bara jadi turun," kata Carmelita ketika dihubungi detikcom.

Carmelita juga menyebut kebutuhan spare part untuk kapal pelayaran menjadi sulit. Dia menjelaskan selama ini, spare part banyak yang diimpor dari China. Kini spare part bukan hanya makin sulit didapat, tapi harganya pun melambung.

"Kebutuhan barang-barang seperti spare part yang berasal dari China juga menjadi lebih lama prosesnya. Harganya juga lebih mahal," kata Carmelita.


(dna/dna)

Hide Ads