Yunita menjelaskan, penurunan terjadi hampir di seluruh jenis barang. Misalnya jenis barang konsumsi turun 12,81% secara tahunan dan turun 39,9% secara secara bulanan.
"Bahan baku penolong turun 1,5% secara tahunan dan turun 15,89% secara bulanan. Kemudian untuk impor barang modal turun 16,44% year on year dan turun 18,03% secara bulanan," ujar Yunita melalui teleconference di kantor BPS, Jakarta, Senin (16/3/2020).
Sementara itu untuk barang konsumsi, yang mengalami penurunan adalah tank, other armored fighting vehicles, buah pir hingga non sport footwear.
Baca juga: Top! Neraca Dagang RI Surplus US$ 2,3 Miliar |
Kemudian jenis bahan baku yang mengalami penurunan adalah komoditas ron88 yang berasal dari Singapura dan Malaysia hingga propan yang digunakan untuk gas LPG.
Yunita mengatakan, barang modal yang turun 18,03% termasuk telepon seluler, laptop termasuk notebook dan sub notebook.
"Lalu furnished dan oven sampai boiler juga turun. Jadi beberapa barang modal yang turun dominan month to month," jelas dia.
Dia menambahkan, impor non migas mengalami penurunan impor terbesar adalah barang mesin dan perlengkapan elektrik. Kemudian peralatan mekanis hingga plastik.
Sedangkan peningkatan impor non migas terbesar adalah golongan barang gula, serealia hingga bahan bakar mineral.
Baca juga: Virus Corona Bikin Ekspor-Impor RI 'Meriang' |
Data BPS untuk impor yang paling banyak masuk ke RI :
1. Mesin dan peralatan mekanis US$ 1,91 miliar
2. Mesin dan perlengkapan elektrik US$ 1,24 miliar
3. Plastik dan barang dari plastik US$ 572 juta
4. Kendaraan dan bagiannya US$ 443,4 juta
5. Bahan kimia organik US$ 402,7 juta
6. Serealia US$ 336,8 juta
7. Gula dan kembang gula US$ 253,1 juta
8. Bahan bakar mineral US$ 142,4 juta
9. Bijih, terak, dan abu logam US$ 63,9 juta
10. Binatang hidup US$ 48,1 juta
(kil/eds)