Bank Indonesia (BI) terus memantau perkembangan ekonomi nasional di tengah wabah virus corona. Khususnya, indikator nilai tukar dan inflasi dalam sepekan ini.
Mengutip laman BI, Jumat (20/3/2020), dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di Rp 15.900 pada Kamis (19/3). Kemudian, pagi ini dibuka stabil di level Rp 15.850.
Masih di hari Kamis, yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun naik ke 7,95%, DYX (indeks dolar) menguat ke level 102,76 dan yield US Treasury Note 10 tahun naik ke level 1,140%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait aliran modal asing, BI mencatat berdasarkan transaksi 16-19 Maret 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik net jual Rp 28,60 triliun. Adapun rinciannya net jual di pasar SBN sebesar Rp 26,94 triliun dan di pasar saham sebesar Rp 1,66 triliun.
Lalu, berdasarkan data setelmen 16-19 Maret 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik net jual Rp 37,83 triliun.
"Selama 2020 (ytd), non residen di pasar keuangan domestik tercatat net jual Rp 105,14 triliun (termasuk data crossing saham), terutama dikontribusi dari pasar SBN (Surat Berharga Negara)," bunyi keterangan BI.
Soal inflasi, berdasarkan survei pemantauan harga pada minggu ketiga Maret 2020, inflasi Maret 2020 sampai dengan minggu ketiga diperkirakan sebesar 0,11% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya. Sehingga secara tahun kalender sebesar 0,78% (ytd) dan secara tahunan sebesar 2,98% (yoy).
Penyumbang inflasi antara lain berasal dari komoditas emas perhiasan (0,05%), jeruk (0,03%), telur ayam ras (0,03%), gula pasir (0,02%).
Lalu bawang merah, kangkung, bayam, nasi dengan lauk dan bahan bakar rumah tangga masing-masing sebesar 0,01% mtm.
Sementara itu, komoditas utama yang menyumbang deflasi yaitu cabai merah (-0,08%), cabai rawit (-0,03%), bawang putih, tomat, daging ayam ras, minyak goreng dan angkutan udara masing-masing sebesar -0,01% mtm.
(acd/fdl)