Anomali di Tengah Corona, Investasi Tumbuh hingga 6%

Anomali di Tengah Corona, Investasi Tumbuh hingga 6%

Trio Hamdani - detikFinance
Senin, 23 Mar 2020 13:05 WIB
Sistem layanan izin berusaha terintegrasi secara elektronik (Online Single Submission/OSS) mulai dikelola BKPM. Begini suasana kantor OSS BKPM.
Foto: Rengga Sancaya: Potret Suasana Pelayanan OSS di Kantor BKPM
Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan ada anomali di tengah mewabahnya virus corona (Covid-19) di Indonesia dan banyak negara lainnya. Pasalnya di tengah kepanikan massal akibat virus corona, pengurusan izin investasi justru naik.

"Kita lihat ini agak sedikit anomali. Kita pikir bahwa di tengah virus corona itu tingkat pengusaha dalam mengurus izin menurun ternyata tidak seperti itu," kata Bahlil dalam telekonferensi melalui YouTube BKPM, Senin (23/3/2020).

Dia mengatakan, berdasarkan proyeksi BKPM, investasi pada triwulan pertama 2020 tumbuh 5-6% dibandingkan periode yang sama 2019.

"Saya ingin katakan bahwa pertumbuhan realisasi investasi pada triwulan pertama dibandingkan 2019 itu ada kenaikan kurang lebih 5% sampai 6% dalam kisaran itu. Jadi tidak menurun, naik," sebutnya.

Ada tiga faktor yang membuat investasi mampu tumbuh di tengah wabah virus corona. Pertama, kata Bahlil karena sudah ada investasi existing yang realisasi progres-nya telah mencapai 50-60%. Yang kedua karena pihaknya sudah berhasil merealisasikan investasi mangkrak sekitar Rp 200 triliun di awal tahun.

"Yang ketiga kita ubah pola bahwa selama ini BKPM kan nunggu. Sekarang kita jemput bola, kami datangi teman-teman yang investasinya belum direalisasikan karena persoalan izin, tanah, atau persoalan di bank. Itu kami dampingi untuk meyakinkan pihal-pihak tersebut agar (investasinya) bisa segera direalisasikan," jelasnya.

Menurutnya di tengah situasi seperti saat ini, Indonesia sangat membutuhkan investasi, baik dari dalam maupun luar negeri.

"Investasi harus kita tingkatkan karena dengan investasi kita bisa menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan pajak, melahirkan produk substitusi impor mengurangi defisit neraca perdagangan kita, dan melahirkan kualitas ekspor. Itu akan memperkuat devisa kita," tambahnya.


(toy/hns)

Hide Ads