Jokowi Punya Prediksi Dampak Ngeri Corona, Ini Respons Ekonom

Jokowi Punya Prediksi Dampak Ngeri Corona, Ini Respons Ekonom

Danang Sugianto - detikFinance
Rabu, 25 Mar 2020 18:39 WIB
Presiden Jokowi
Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Setpres
Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku sudah memiliki prediksi dampak wabah virus corona terhadap ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Prediksi itu dibuat berdasarkan hitung-hitungan yang dibuat pemerintah.

Kemarin saat rapat secara virtual bersama para gubernur, Jokowi menyampaikan prediksi itu berdasarkan skenario yang telah dihitung oleh pemerintah mengenai dampak dari COVID-19 mulai dari skenario ringan, sedang hingga yang paling buruk.

"Beberapa skenario juga telah kita hitung, telah kita kalkulasi mengenai prediksi COVID-19 di Indonesia. Bulan April seperti apa, Mei seperti apa, skenario buruk, sedang, ringan seperti apa dan saya kira kita ingin kita berada di skenario yang ringan. Kalau betul-betul sulit dibendung ya paling tidak kita masuk ke skenario sedang jangan sampai masuk ke skenario yang paling buruk," tuturnya melalui video conference, Selasa (24/3/2020).

Jokowi tidak membacakan secara menyeluruh prediksi dari hasil kalkulasi tersebut. Namun dia membacakan beberapa sektor ekonomi yang mengalami penurunan paling parah di provinsi dalam skenario yang sedang.


Pemerintah menghitung penurunan beberapa faktor ekonomi di provinsi. Mulai dari daya tahan hingga penurunan pendapatan pelaku ekonomi. Jokowi pun menjabarkan provinsi-provinsi dengan penurunan paling dalam berdasarkan kategori profesi.

"Saya berbicara skenario sedang saja. Misalnya untuk buruh NTB kalau skenario sedang akan ada penurunan pendapatan kurang lebih 25%. Karena hitungan kita kita mampu bertahan Juni-September," terangnya.

Sementara untuk kalangan petani dalam skenario sedang, Jokowi memprediksi paling parah terjadi di Kalimantan Barat. Diperkirakan penurunan pendapatan mencapai 34% dengan daya tahan hingga November 2020.

Untuk sektor UMKM dalam skenario sedang yang paling parah diperkirakan terjadi di Kalimantan Utara. Dengan penurunan pendapatan sampai 36% dan kemampuan bertahannya sampai Agustus-Oktober 2020.

"Untuk sopir angkot dan ojek yang paling berat di Sumatera Utama turunnya sampai 44%, angka-angka seperti ini mohon dikalkulasi secara detail di daerah juga persiapan bantuan sosial (bansos) provinsi kabupaten lewat yang saya sampaikan tadi, realokasi dan refocusing," tutupnya.

Untuk itu Jokowi meminta para pemimpin daerah untuk melakukan refocusing kegiatan dan realokasi anggaran daerah untuk menangani penyebaran virus corona, termasuk dampaknya terhadap sosial dan ekonomi.

Bagaimana respons ekonom terhadap prediksi Jokowi tersebut. Klik halaman selanjutnya.



Para ekonom menilai hal yang wajar jika pemerintah menyiapkan hitung-hitungan proyeksi dampak yang ditimbulkan wabah corona terhadap ekonomi. Sebab wabah ini menyerang hampir seluruh sektor dunia usaha.

"Kalau kita melihat dampak ekonomi corona ini sudah menyentuh hampir semua lini perekonomian. Dimulai dari pariwisata, ekspor dan impor hingga yang terbaru berpotensi memberikan dampak terhadap sektor ritel. Maka tidak heran, pemerintah mempersiapkan skenario paling buruk," kata Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet.

Menurut Yusuf, dengan adanya corona, ekonomi Indonesia perlu menyiapkan diri untuk memasuki tahapan resesi. Sebab hal itu bisa saja terjadi pandemi ini berlanjut hingga semester II-2020.

"Indonesia perlu bersiap-siap memasuki resesi jika pandemi ini berlanjut hingga ke semester II 2020. Pertumbuhan ekonomi berpotensi besar melambat. Di samping itu, jika aktivitas produksi terganggu inflasi berpotensi meningkat apalagi jika rantai pasokan khususnya komoditas pangan terganggu," terangnya.

Tak hanya itu, nilai tukar rupiah masih berpotensi terus mengalami tekanan. Jika itu terus berlanjut maka dampaknya akan memberatkan sektor swasta yang memiliki utang dalam bentuk valuta asing. Akhirnya risiko utang luar negeri dari swasta meningkat.

Sementara Ekonom Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia Fajar B. Hirawan menambahkan, banyak hal yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi agar prediksi itu tidak terwujud. Hal yang paling dasar adalah transparansi dalam penanganan wabah virus corona agar meningkatkan kepercayaan publik.


"Terkait dengan ekonomi, yang mungkin didorong saat ini adalah sektor konsumsi dan pengeluaran pemerintah. Sementara investasi dan perdagangan otomatis terganggu akibat COVID-19 ini," tuturnya.

Stimulus fiskal yang tengah disiapkan pemerintah seperti bantuan langsung tunai (BLT) dinilai sudah sangat tepat. Sebab imbas dari wabah ini daya beli masyarakat khususnya kalangan bawah dan pekerja informal menurun.



Simak Video "Video WHO soal Ilmuwan China Temukan Virus Corona Baru Mirip Penyebab Covid-19"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads