"Ekspor turun cukup banyak yaitu dari 3,72 juta ton menjadi hanya 2,39 juta ton atau minus 35,6%. Penurunan ekspor terjadi pada CPO, PKO, biodiesel, sementara oleokimia naik dengan 22,9%," kata Direktur Eksekutif GAPKI Mukti Sardjono dalam keterangan resmi GAPKI, Kamis (26/3/2020).
Adapun penurunan tersebut terjadi di hampir semua negara tujuan ekspor sawit. Mulai dari China turun 57% atau sebanyak 381 ribu ton, ke Uni Eropa (European Union/EU) turun 30% atau 188 ribu ton, ke India turun 22% atau sebanyak 141 ribu ton, dan ke Amerika Serikat (AS) turun 64% atau sebanyak 129 ribu ton. Sementara, ke Bangladesh naik 52% atau sebanyak 40 ribu ton.
"Penurunan ekspor yang cukup drastis dalam bulan Januari kemungkinan karena masih tersedianya stok di negara-negara importir utama, atau importir menunggu respons pasar terhadap program B30 yang diterapkan Indonesia," papar Mukti.
Namun, ia mengungkapkan, konsumsi CPO dalam negeri meningkat 1,8% menjadi 1,47 juta ton di Januari 2020, sementara pada Desember 2019 hanya 1,45 juta ton.
Selain itu, harga CPO dunia menjadi sebesar US$ 830/ton dari yang hanya sebesar US$ 787/ton pada Desember 2019. Kenaikan ini diharapkan dapat mendorong produksi petani sawit dan keinginan akan merawat kebunnya agar produktivitas meningkat.
"Harga yang baik ini diharapkan akan menjadi penyemangat bagi pekebun dan perusahaan perkebunan untuk memelihara kebun dengan lebih baik agar mendapatkan produktivitas yang tertinggi," ucap dia.
Baca juga: Harga Sawit di Sumsel Tembus Rp 1.824/Kg |
(hns/hns)