Jakarta -
Setidaknya ada 5 daerah yang mulai menetapkan kebijakan karantina wilayah alias lockdown lokal di saat pemerintah pusat masih belum menerapkan kebijakan itu untuk mencegah penyebaran virus corona. Kelima daerah tersebut adalah Solo, Bali, Tegal, Maluku, hingga Papua.
Lalu bagaimana nasib operasional masing-masing bandara yang berada di kelima daerah tersebut?
PT Angkasa Pura I (Persero) memastikan bahwa sejauh ini operasional masing-masing bandaranya yang berada di daerah-daerah itu belum menerapkan lockdown. Untuk diketahui, dari 15 bandara yang dikelola AP I, 3 di antaranya berada di daerah yang sudah lockdown tersebut yakni Bandara Adi Soemarmo - Surakarta, Bandara I Gusti Ngurah Rai - Denpasar, Bandara Sentani - Jayapura.
"Kita tidak melakukan proses lockdown tetapi mengurangi aktivitas operasinya," kata Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi dalam telekonferensi, Sabtu (28/3/2020).
Namun, sejauh ini, dari 3 daerah yang lockdown itu, baru Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua yang mengirimkan permintaan untuk proses penutupan sementara Bandara Sentani. Akan tetapi, permintaan itu belum bisa diproses lebih jauh karena masih menunggu keputusan pemerintah pusat tepatnya Kementerian Perhubungan RI.
Lebih lanjut, Faik menegaskan bahwa meskipun diwajibkan lockdown, kebijakan itu hanya berlaku bagi penerbangan penumpang. Sedangkan, untuk penerbangan logistik bakal tetap dioperasikan secara penuh.
Pendapatan Sudah Tak Capai TargetBerkurangnya aktivitas operasional bandara otomatis berpengaruh pada pendapatan perusahaan pelat merah itu. AP I mengalami penurunan pendapatan yang cukup signifikan sejak dihimpit wabah virus corona. Pendapatan perusahaan ini disebut-sebut tak mampu mencapai target yang ditentukan.
"Dampak terhadap pendapatan memang cukup signifikan. Pendapatan kita mungkin saat ini 20% di bawah target, dan berpotensi akan lebih besar lagi kalau makin banyak penerbangan yang dibatalkan," kata Faik.
Lalu, bagaimana nasib para pegawai AP I akibat penurunan pendapatan perusahaan itu ?
Menurut Faik, untuk menanggulangi penurunan pendapatan tersebut, perusahaan terpaksa mengurangi beragam pengeluaran di 15 bandaranya. Salah satunya ialah dengan merampingkan organisasi di cabang perusahaan.
"Upaya yang kami lakukan dari AP I adalah melakukan inisiatif simplifikasi terhadap organisasi atau organisasi ini dirampingkan lagi terutama yang ada di cabang secara langsung yang memang dari awal sudah kita lakukan," ungkapnya.
Akan tetapi, Faik tidak menjelaskan secara rinci apakah upaya merampingkan organisasi itu termasuk pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan atau tidak. Namun, ia mengakui sebagian karyawan sudah ada yang dirumahkan atau work from home (WFH) sebagai upaya mengurangi penyebaran virus corona. Lagi-lagi tidak menjelaskan apakah karyawan yang dirumahkan itu tetap digaji atau tidak.
Selain merampingkan organisasi, segala rencana rekrutmen pegawai baru yang sempat digenjot awal bulan lalu juga dibatalkan sementara.
Atas segala upaya di atas, perusahaan disebut mampu menghemat hingga Rp 300 miliar lebih sebagai upaya menjaga ekonomi perusahaan secara keseluruhan.
"Dari inisiatif-inisiatif yang kita dilakukan terkait dengan prosedur tersebut kita bisa melakukan penghematan sampai Rp 300 miliar ke atas. Jadi mudah-mudahan ini bisa bantu mengurangi beban karena menurunnya pendapatan selama ini," tutupnya.