Bahkan, Ketua Umum Kadin Rosan Roeslani menilai kemungkinan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan minus. Pihaknya sudah melakukan assesment alias kajian ekonomi secara makro.
"Yah, kita jangan bicara 5% lah sekarang. Dengan kondisi saat ini, kan di Kadin ada tim juga kita ambil assesment. Ini nggak menutup kemungkinan bisa akan minus," jelas Rosan kepada tim Blak-blakan detikcom, di kantornya, Jakarta Selatan, Selasa (31/3/2020).
"Assesment kita melihat, ini bisa jadi minus pertumbuhan kita," tegasnya.
Menurutnya, bukan cuma Indonesia pertumbuhan ekonomi yang melambat bagaikan sudah menjadi keseimbangan baru di seluruh dunia. China diprediksi hanya tumbuh 1%, India paling besar hanya tumbuh 2%.
"Mungkin ini lah ekuilibrium baru, sekarang banyak negara bicaranya pertumbuhannya minus, China aja diprediksi cuma 1%. India aja hanya nggak sampai 2%, gitu," kata Rosan.
Bahkan, sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menceritakan skenario terburuk pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah penyebaran virus corona, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa di level 2,5%, bahkan 0%.
"Jika masalah jauh lebih berat dan durasi COVID lebih dari 3-6 bulan dan terjadi lockdown dan perdagangan internasional drop di bawah 30%, sampai dengan tadi beberapa penerbangan drop 75% hingga 100%, maka skenario bisa menjadi lebih dalam pertumbuhan ekonomi bisa 2,5-0%," jelas Sri Mulyani melalui video conference dikutip dari akun Sekretariat Negara, Jumat (20/3/2020).
(ang/ang)