Pada akhir Maret 2020, sebanyak 701.000 pekerja AS sudah di-PHK karena penyebaran wabah corona yang terus meluas. Ini karena banyak pabrik dan bisnis berguguran.
Tren pengangguran yang sama juga terjadi di Eropa. Menteri Ekonomi dan Energi Jerman Peter Altmaier menjelaskan saat ini ekonomi Jerman terus menyusut dan membuat angka pengangguran makin melesat. Selain Jerman, jumlah pengangguran di Spanyol naik menjadi 3,5 juta orang, ini merupakan peningkatan terbesar dalam sejarah.
Lalu, di Prancis jumlah pengangguran tercatat hingga 4 juta orang dan berpotensi terus meningkat. Sementara itu, di Inggris yang meninggalkan Uni Eropa awal tahun ini menyebut terjadi peningkatan klaim tunjangan kesejahteraan hingga 950.000 orang.
Baca juga: Sedih! Begini Nasib 14.529 Pekerja di DIY |
Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Menurut Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Andry Satrio Nugroho, gelombang PHK itu tentu tidak terelakkan. Cepat atau lambat Indonesia akan menyusul.
"Saya rasa PHK tidak terelakkan akibat adanya pandemi ini karena tentu kegiatan bisnis akan menurun," ujar Andry kepada Detikcom, Selasa (7/4/2020).
Andry memaparkan data terbaru Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Energi DKI Jakarta yang mencatat gelombang PHK di Ibu Kota. Data itu melaporkan sudah ada sebanyak 162.416 pekerja yang di-PHK sepanjang dihimpit pandemi ini.
"Di Jakarta sendiri sudah ada 162.416 pekerja yang di-PHK tanpa menerima upah atau unpaid leave oleh perusahaan selama pandemi corona," ungkapnya.
Hal serupa juga diyakini oleh Ekonom Permata Bank Josua Pardede. Menurutnya, gelombang PHK di Indonesia bahkan dimungkinkan meningkat tajam dalam waktu dekat ini.
"Potensi PHK cenderung dapat meningkat," kata Josua kepada detikcom.
Hal itu dimungkinkan terjadi karena sejak adanya wabah ini sisi produksi perekonomian negara di seluruh dunia benar-benar lumpuh hingga merembet ke berbagai sektor.
"Gelombang PHK terjadi akibat disrupsi di sisi produksi perekonomian sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Selain itu, khusus di Indonesia, karena cukup banyak unit usaha UMKM khususnya di sektor perdagangan yang tidak memiliki kapasitas keuangan yang cukup untuk bertahan sampai dengan selesainya wabah, sehingga mendorong kenaikan PHK," pungkasnya.
(dna/dna)