Sebanyak 50.000 usaha kecil dan menengah (UKM) mulai limbung terhantam pandemi Corona atau COVID-19 di Klaten. Para pelaku UKM mengeluhkan sepinya pasar.
"Mulai terasa lesu dampaknya sekarang. Yang kolaps memang belum ada laporannya tetapi saya telepon, mereka bilang sepi tidak ada yang beli dan bingung mau apa lagi," ungkap Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM Pemkab Klaten Bambang Sigit Sinugroho pada detikcom, Selasa (14/4/2020).
Bambang Sigit menjelaskan yang mulai terdampak pandemi Corona tidak hanya satu sektor. Namun semua sektor sudah mulai merasakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semuanya mulai merasakan dampaknya. Mulai dari makanan, batik, lurik, logam, handicraft, wisata, dan lainnya sampai bingung bagaimana mengatasi," lanjut Bambang Sigit.
Dikatakan Bambang, jumlah UKM di Klaten saat ini sekitar 50.000 usaha dan 38.700 di antaranya usaha mikro. Mereka terbagi dalam 11 klaster.
"Ada 50.000 UKM dengan 11 kluster pembagi. Kluster itu meliputi mebel, lereng Merapi, minapolitan, handicraft, konveksi, batik, lurik, logam, makanan olahan, keramik, dan wisata," sambung Bambang.
Menyikapi dampak itu, terang Bambang Sigit, Pemkab mulai melakukan telaah per klaster. Pengecekan ke masing-masing klaster mulai dilakukan.
"Saya mau mendata semua juga belum bisa. Ini telaah per klaster sedang kita lakukan," imbuh Bambang.
Pemerintah pusat, terang Bambang, menginstruksikan untuk pendataan. Namun kondisi saat ini juga tidak semudah hari biasa.
"Ya disuruh mendata. Ya kita data tapi mau apa memang begini kondisinya," jelas Bambang.
Simak Video "Video WHO soal Ilmuwan China Temukan Virus Corona Baru Mirip Penyebab Covid-19"
[Gambas:Video 20detik]