Panen raya beras sudah mulai di beberapa wilayah, salah satunya Nusa Tenggara Barat (NTB). Panen raya ini diprediksi berlangsung hingga bulan Mei mendatang. Untuk di bulan April ini, BPS memprediksi panen beras mencapai 9,2 juta ton, dan 6,7 juta ton di bulan Mei.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh mengatakan memasuki panen raya ini harga beras masih tinggi. Ia mengatakan, untuk beras medium saja masih betah di atas Rp 10.000 per kilogram (kg), sementara Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 9.450/kg.
"Lalu ini tren harga beras di tingkat konsumen memang melandai turun, tapi masih di atas HET. Untuk beras medium kita masih di atas Rp 10.000/kg, sementara HET Rp 9.450/kg," kata Tri dalam Webinar Keterjangkauan Beras Bagi Masyarakat Prasejahtera Selama Pandemi COVID-19 (CIPS), Rabu (15/4/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan, salah satu penyebabnya yakni tingginya permintaan beras terutama sejak virus Corona (COVID-19) mewabah di Indonesia.
"Sekarang banyak kepala daerah yang membeli beras ke Bulog. Kemudian banyak lembaga-lembaga sosial untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya dalam rangka PSBB, atau mengantisipasi pandemi Corona. Jadi ini banyak permintaan. Jadi pada saat suplai tinggi, permintaan tinggi," imbuh Tri.
Tri membeberkan, sejak Februari 2020 realisasi penyaluran beras melalui operasi pasar atau program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkat. Bahkan, sejak Februari penyalurannya meningkat hingga 250%.
"Sesuai amanah Permendag, KPSH itu harusnya 2.000 ton/hari. Tapi sejak Februari realisasinya 5.000-7.000 ton/hari. Ini menarik. Karena musim panen, KPSH kita tinggi juga, artinya permintaan cukup tinggi," jelas Tri.
(ara/ara)