Ini Bisa Cegah Kelas 'Menengah Tanggung' Jatuh Miskin Dihantam Corona

Ini Bisa Cegah Kelas 'Menengah Tanggung' Jatuh Miskin Dihantam Corona

Soraya Novika - detikFinance
Rabu, 15 Apr 2020 13:17 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Virus Corona (COVID-19) menghantam nyaris semua roda perekonomian sekaligus kepada hampir semua golongan masyarakat. Tak terkecuali golongan masyarakat kelas menengah. Golongan masyarakat satu ini diprediksi rentan jatuh ke bawah garis kemiskinan.

Lalu, apa yang bisa dilakukan pemerintah untuk mencegah hal itu terjadi?

Menurut Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara ada beberapa hal yang bisa diupayakan pemerintah untuk mencegahnya yakni dengan menghadirkan stimulus-stimulus yang dibutuhkan kelas menengah.

"Bisa berupa kompensasi dalam bentuk bantuan langsung tunai atau cash transfer mungkin. Kalau tidak bisa menjaring 115 juta orang (kelas menengah di Indonesia yang rentan miskin menurut Bank Dunia) mungkin bisa dimulai dulu dari mereka yang di PHK di zona merah atau yang paling terdampak misalnya," ujar Bhima kepada detikcom, Rabu (15/4/2020).

Selain itu, subsidi kebutuhan sehari-hari seperti subsidi listrik, gas, hingga BBM juga bisa menjadi alternatif diberikan kepada kelas masyarakat satu ini.

"Kelas menengah ini harusnya dapat subsidi tarif listrik juga dalam kondisi darurat seperti ini. Jadi pengguna 900 VA non-subsidi kemudian 1300 VA ini seharusnya mendapat bantuan dari pemerintah gitu diskon 50% gitu misalnya. Kenapa? Karena banyak sekali kelas menengah yang rentan miskin ini yang hidupnya di rumah susun maupun rumah petak, itu menggunakan listrik 1300 VA. Dalam kondisi sekarang kalau pemerintah bisa membantu untuk subsidi listrik saja, itu setidaknya bisa membantu mengurangi beban dan bisa dialihkan untuk membiayai kebutuhan pokok lainnya," tuturnya.

Kemudian, pemerintah bisa juga menghadirkan keringanan membayar kredit kepada perbankan mulai dari kredit kendaraan bermotor hingga KPR rumah.

"Menurut saya juga penting adalah adanya kejelasan terkait restrukturisasi kredit perbankan. Ini yang harusnya kemudian juga menyentuh bukan hanya kelas bawah, atau spesifik ke driver ojol saja, tetapi banyak sekali kelas menengah lainnya yang saya kira perlu diperhatikan dan mendapatkan fasilitas penangguhan kredit.
Yang berikutnya lagi adalah bagaimana Bank Indonesia bisa menurunkan suku bunga acuannya. Karena dengan suku bunga acuan turun, paling tidak kelas menengah yang mau mengganti KPR dengan bunga yang lebih murah lagi," tambahnya.


Bantuan Ke Kelas Menengah Tak Bisa Jor-joran

Sedikit berbeda dengan Bhima, Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal menilai pemerintah tetap memiliki keterbatasan dalam memberi bantuan kepada seluruh masyarakatnya. Mengingat anggaran yang dimiliki negara juga tak sebesar yang dibayangkan oleh banyak masyarakat.

Nyatanya memang saat ini ekonomi Indonesia sudah defisit hingga menjadi 5,07%. Padahal awalnya rasio maksimal defisit dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 dipatok sebesar 3% saja dari Produk Domestik Bruto (PDB).

"Memang pemerintah tidak bisa jor-joran seperti kepada golongan bawah, karena kita perlu ingat, pemerintah punya keterbatasan dari sisi anggaran," kata Faisal kepada detikcom.

Akan tetapi, setidaknya ada yang bisa diupayakan pemerintah untuk membantu golongan kelas menengah ini. Menurutnya yang paling memungkinkan adalah subsidi listrik dan BBM.

"Kalau sifatnya adalah koring biaya listrik atau penurunan tarif BBM itu masih dimungkinkan di kondisi sekarang, di mana harga minyak dunia sendiri kan memang sedang turun, jadi itu dimungkinkan untuk itu," pungkasnya.


Hide Ads