"Jika dibandingkan dengan periode kuartal I-2019, secara umum pendapatan operasional perseroan pada kuatal I-2020 mengalami penurunan kurang lebih sebesar 33%," tulis Manajemen GIAA seperti yang dikutip detikcom, Rabu (22/4/2020).
Pasalnya, 80% pendapatan usaha Garuda dikontribusi oleh pendapatan penumpang. Di tengah pandemi ini, jumlah penumpang menurun drastis karena masyarakat enggan bepergian serta daya beli yang menurun.
"Kondisi market penumpang ini tentunya menekan Perseroan untuk memangkas kapasitas produksi yang dimiliki, tercermin dari frekuensi penerbangan dan ASK (availability seat kilometres) yang menurun," urai Manajemen GIAA.
Tak hanya itu, maskapai tersebut juga memprediksi kondisi perusahaan akan semakin terpuruk di bulan Mei-Juni mendatang. Pasalnya, pada periode tersebut biasanya penerbangan padat (high season) karena liburan sekolah dan juga bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri.
"Beberapa pendapat ahli memperkirakan situasi pandemi (COVID -19) akan berakhir paling cepat pada akhir Mei dan paling lambat pada akhir Juli 2020. Hal ini akan membuat industri penerbangan menjadi semakin terpuruk dikarenakan bulan Mei-Juni seharusnya merupakan high season bagi industri penerbangan dikarenakan adanya Hari Raya Idul Fitri dan juga libur sekolah," bunyi keterbukaan informasi tersebut.
Garuda juga memprediksi tak akan ada penerbangan haji di tahun 2020 ini, mengingat otoritas Arab Saudi masih menutup perjalanan Umroh hingga saat ini.
Padahal pada Januari 2020 lalu, pemerintah sudah menetapkan Gurda Indonesia, bersama dengan 3 maskapai lainnya yakni Saudi Arabia Airlines, Citilink, dan Flynas sebagai operator penerbangan jamaah haji Indonesia tahun 2020.
(dna/dna)