Please, Dolar AS Jangan Lebih dari Rp 15.000 di Akhir Tahun

Please, Dolar AS Jangan Lebih dari Rp 15.000 di Akhir Tahun

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Kamis, 23 Apr 2020 05:40 WIB
Mata Uang Dollar Amerika.
dikhy sasra/ilustrasi/detikfoto
Foto: Dikhy Sasra
Jakarta -

Nilai tukar rupiah sempat tiarap dihajar dolar AS. Mata uang Paman Sam sempat melonjak hingga ke level Rp 16.000-an.

Bank Indonesia (BI) menyebut pergerakan nilai tukar ini murni terjadi karena mekanisme pasar, faktor fundamental dan teknikal.

Lalu apakah bisa nilai tukar bertahan di level Rp 15.000 per dolar AS hingga akhir tahun?

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan angka Rp 15.000 bukanlah target dari bank sentral.

"BI tidak pernah menargetkan nilai tukar. Nilai tukar itu bekerja sesuai dengan mekanisme pasar dan tentu saja dipengaruhi dua faktor utama," kata Perry dalam video conference di Jakarta, Rabu (22/4/2020).

Dia menyebutkan faktor yang mempengaruhi adalah fundamental dan teknikal. "Tadi saya jelaskan rupiah sekarang itu undervalued. Kenapa undervalued kalau diukur secara fundamentalnya. Dengan inflasi rendah, current account deficit rendah. Mestinya bisa menguat," jelas dia.

Perry mengatakan pergerakan nilai tukar di level Rp 15.500 murni merupakan faktor teknikal karena premi risiko yang tinggi akibat ketidakpastian di pasar keuangan global maupun dalam negeri.

Selain itu, faktor teknikal seperti harga minyak dunia yang jatuh, perselisihan antara Saudi dan Rusia yang belum tuntas hingga geopolitik di semenanjung Korea juga turut mempengaruhi.

Tak hanya faktor negatif, ada pula faktor positif yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah. Misalnya dari sisi global ada rencana pembukaan lockdown di sejumlah kota di negara lain.

Kemudian dari sisi domestik, penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang sudah disetujui turut mempengaruhi kepercayaan pasar.


"Kita ikuti laporan ketua gugus tugas, berbagai langkah dilakukan dan mendukung faktor positif di dalam negeri," jelas Perry.

Perry menambahkan saat ini pergerakan nilai yang naik turun tak perlu dikhawatirkan. BI menyebut rupiah akan menguat ke posisi Rp 15.000 per dolar AS pada akhir tahun.


"BI tidak pernah menargetkan nilai tukar. Nilai tukar itu bekerja sesuai dengan mekanisme pasar dan tentu saja dipengaruhi dua faktor utama," kata Perry dalam video conference di Jakarta, Rabu (22/4/2020).

Dia menyebutkan faktor yang mempengaruhi adalah fundamental dan teknikal. "Tadi saya jelaskan rupiah sekarang itu undervalued. Kenapa undervalued kalau diukur secara fundamentalnya. Dengan inflasi rendah, current account deficit rendah. Mestinya bisa menguat," jelas dia.

Perry mengatakan pergerakan nilai tukar di level Rp 15.500 murni merupakan faktor teknikal karena premi risiko yang tinggi akibat ketidakpastian di pasar keuangan global maupun dalam negeri.

Selain itu, faktor teknikal seperti harga minyak dunia yang jatuh, perselisihan antara Saudi dan Rusia yang belum tuntas hingga geopolitik di semenanjung Korea juga turut mempengaruhi.

Tak hanya faktor negatif, ada pula faktor positif yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah. Misalnya dari sisi global ada rencana pembukaan lockdown di sejumlah kota di negara lain.

Kemudian dari domestik dari sisi penanganan COVID-19 penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang sudah disetujui. Hal ini turut mempengaruhi kepercayaan pasar.


"Kita ikuti laporan ketua gugus tugas, berbagai langkah dilakukan dan mendukung faktor positif di dalam negeri," jelas Perry.

Menurut dia, saat ini pergerakan nilai yang naik turun tak perlu dikhawatirkan. BI menyebut rupiah akan menguat ke posisi Rp 15.000 per dolar AS pada akhir tahun.



Simak Video "Video Ketua MPR soal Rupiah Nyaris Rp 17 Ribu Per USD: Momentum Tingkatkan Ekspor"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads