Sullivan merinci bagaimana fenomena yang sebelumnya tak pernah diprediksi siapapun ini bisa terjadi. Penyebab pertama minusnya harga minyak dunia ialah penuhnya penyimpanan minyak di seluruh dunia. Tangki minyak di mana-mana terisi dengan begitu cepatnya. Bahkan sebagian besar tank darat di Amerika Serikat sudah mencapai batas kapasitasnya. Dengan berkurangnya kapasitas penyimpanan minyak itu membuat nilai komoditas tersebut menjadi tak seberharga sebelumnya. Bahkan menjadi minus.
Untuk itu, para pedagang dan produsen minyak di seluruh dunia berlomba-lomba menggunakan segala sumber daya yang dimiliki untuk menyimpan minyak mentah mereka agar tetap memiliki nilai untuk dijual.
Baca juga: Booming Minyak di AS Tinggal Kenangan... |
Salah satu upaya yang telah dilakukan dunia menanggulangi hal ini adalah mengurangi produksi minyak seperti yang sudah dilakukan OPEC dan sekutunya. Mereka sepakat mengurangi produksi minyaknya hingga sekitar 10% dari pasokan global. Langkah ini selanjutnya juga akan diikuti oleh G20 dan negara anggotanya. Rencananya G20 akan mengurangi produksi minyak mereka mulai 1 Mei 2020 mendatang.
Selanjutnya, permintaan terhadap komoditas satu ini juga mengalami penurunan tajam. Untuk itu, pemotongan produksi minyak dibutuhkan. Bahkan, pemotongan produksi minyak ini perlu dikurangi lebih banyak dan lebih cepat dari apa yang sudah dilakukan saat ini.
Meski permintaan merosot tajam dan tangki penyimpan minyak semakin langka, ada saja produsen minyak yang optimistis terhadap situasi tersebut. Mereka terus memproduksi minyak dan menghabiskan banyak modal untuk memindahkannya ke tempat lain bahkan mungkin menyimpannya kembali ke bawah tanah.
Menurut Sullivan, tindakan itu harus segera dihentikan, kalau tidak industri tersebut akan semakin kesulitan bertahan di tengah himpitan Corona.
(dna/dna)