Semua Negara Ngutang Demi Tangkis Corona

Semua Negara Ngutang Demi Tangkis Corona

Hendra Kusuma - detikFinance
Jumat, 01 Mei 2020 20:10 WIB
Menkeu Sri Mulyani Indrawati melantik Kepala BKF dan Dirut LMAN
Foto: Dok. Kementerian Keuangan
Jakarta -

Pemerintah belum lama ini menerbitkan surat utang berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) atau global bond senilai US$ 4,3 miliar. Ini penerbitan surat utang terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Apalagi global bond ini memiliki tenor hingga 50 tahun yang menjadi jatuh tempo pelunasan utang terlama.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan semua negara yang terdampak virus Corona memenuhi kebutuhan pendanaannya melalui pembiayaan atau utang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Semua negara yang terkena corona nggak hanya Indonesia, ada 200 negara lebih dan negara yang dianggap negara kaya, hebat, maju juga terkena dan tertatih-tatih untuk menanganinya," kata Sri Mulyani dalam live Instagram, Jakarta, Jumat (1/5/2020).

Penerbitan utang ini, kata Sri Mulyani demi memenuhi kebutuhan anggaran penanggulangan COVID-19, di Indonesia pemerintah menyiapkan dana sekitar Rp 438,3 triliun atau 2,5% dari produk domestik bruto (PDB). Dana tersebut berasal dari stimulus I sebesar Rp 10,3 triliun, stimulus II sebesar Rp 22,9 triliun, dan stimulus III sebesar Rp 405,1 triliun.

ADVERTISEMENT

Pemenuhan anggaran tersebut tidak bisa dipenuhi 100% dari APBN lantaran pendapatan negara menurun drastis akibat dunia usaha terdampak.

"Pemerintah melakukan stimulus, di sisi lain penerimaan pajak turun, yang bayar pajak kan nggak punya income masak dipajaki, penerimaan pemerintah turun namun pemerintah harus beri bantuan ke masyarakat dan dunia usaha," ujarnya.

"Jadi ya harus melakukan pembiayaan dalam bahasanya utang, pinjamnya bisa ke BI, bisa ke masyarakat, ke dunia, memang negara lain utang? Ya iyalah," katanya.

Oleh karena itu pemerintah menerbitkan Perppu Nomor 1 Tahun 2020 sebagai landasan hukum melebarkan defisit anggaran dari yang sebelumnya ditetapkan dalam UU Keuangan Negara yaitu maksimal 3%.

"Dibandingkan dengan negara lain, Australia Menkeu bilang saya defisit naik 10% GDP, Singapura yang basisnya APBN sangat prudent sekarang defisit 10% GDP itu utang. As juga stimulus 10% GDP itu utang juga, Malaysia juga defisitnya lebih besar, itu utang juga. Dalam hal ini kita jagain keuangan negara memang under alot of pleasure tapi hati-hati," ungkapnya.




(hek/eds)

Hide Ads