Kepala BPS Suhariyanto mengatakan pergerakan inflasi di April tahun ini terjadi tidak biasa dari pola sebelumnya. Seharusnya menjelang bulan ramadhan inflasi meningkat seperti tahun sebelumnya.
"Tahun ini justru melambat, dari Maret 0,10% bulan ini hanya 0,08%. Inflasi YoY di sana juga alami perlambatan dari maret 2,96%, April ini 2,67%. Pattern ini tidak biasa," kata Suhariyanto dalam paparannya via video conference, Jakarta, Senin (4/5/2020).
Perlambatan ini, dikatakan Suhariyanto diakibatkan pandemi COVID-19 yang direspon berbagai kebijakan seperti pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan protokol kesehatan sesuai WHO.
"Kalau Ramadhan dan Idul Fitri ada inflasi karena permintaan masyarakat ke barang dan jasa meningkat, tapi karena tahun ini situasi tidak biasa akibat pandemi, pola inflasi berubah," ujarnya.
Jika dilihat menurut komponen, inflasi inti sebesar 0,17% dengan andil 0,11%, sedangkan inflasi harga yang diatur pemerintah atau administered price delasi 0,14% dan volatile food juga deflasi 0,09%.
Baca juga: Inflasi April Cuma 0,08%, BPS: Tidak Biasa |
Untuk inflasi inti, pria yang akrab disapa Kecuk ini menyebut mengalami perlambatan dibandingkan bulan sebelumnya dan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Menurut dia perlambatan ini bisa disebabkan terjaganya pasokan bahan pangan dan harga yang stabil.
"Tapi di sisi lain kemungkinan besar karena adanya penurunan permintaan barang dan jasa dari masyarakat karena penurunan aktivitas sosial akibat implementasi PSBB di berbagai wilayah. Satu lagi perlu dicermati, karena turun inflasi inti, tunjukkan ada pelemahan dari daya beli rumah tangga," ungkapnya.
(hek/dna)