Kejanggalan Koperasi Indosurya

Kejanggalan Koperasi Indosurya

Danang Sugianto - detikFinance
Jumat, 08 Mei 2020 17:15 WIB
Ilustrasi Subsidi Bunga
Ilustrasi/Foto: shutterstock
Jakarta -

Koperasi Simpan Pinjam Indosurya Cipta atau Indosurya Simpan Pinjam (ISP) dituding melakukan berbagai siasat untuk menjaring masyarakat yang mau menempatkan uangnya. Bahkan mereka menyarukan produknya seperti deposito guna menarik nasabah.

ISP sendiri didirikan sebagai koperasi simpan pinjam, namun target nasabahnya kelas menengah ke atas. Sehingga mereka menawarkan bunga yang tinggi seperti produk perusahaan keuangan.

"Jadi yang bikin kami tertarik sebenarnya selain bunga mereka juga menunjukkan adanya (izin) OJK, LPS, jadi benar-benar kita melihatnya ini bukan koperasi tapi perusahaan finance," kata salah satu anggota ISP, Irvan saat rapat dengar pendapat virtual dengan Komisi VI, Jumat (8/5/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, koperasi ISP menggunakan siasat dengan merekrut banyak marketing dari perbankan. Dengan begitu banyak nasabah deposito perbankan yang bisa digaet.

"Indosurya ini sangat pintar, pertama mereka merekrut marketing dari bank yang megang deposito. Jadi beberapa marketing dari bank keluar dan masuk ke Indosurya. Nasabah dari bank mereka tarik semua ke sana," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Irvan sendiri mengaku dari awal mengira ISP merupakan perusahaan keuangan bukan koperasi simpan pinjam. Sebab kertas penawaran produk investasinya dibuat mirip dengan deposito bank.

"Perjanjiannya benar-benar kertas deposito seperti layaknya bank. Jadi tidak ada yang membedakan antara koperasi simpan pinjam dan bank karena sistemnya sama persis," ucapnya.

Irvan sendiri sudah 7 tahun menjadi anggota koperasi ISP. Dia mengaku baru tahu ternyata ISP adalah koperasi simpan pinjam.

"Selama ini kita tidak pernah tahu bahwa ini bentuk koperasi, saya sudah 7 tahun tidak tahu ini koperasi. Terus terang saya baru tahu ini bentuknya koperasi baru setelah ada kasus ini," tutupnya.

Sebelumnya diberitakan ISP sendiri memiliki sederet produk funding. Menurut data toolkit funding ISP, ada 11 produk funding yang terdiri dari 8 produk bersifat tabungan dan 3 produk bersifat deposito berjangka.

Ambil contoh salah satu produk bersifat deposito berjangka milik ISP yang bernama Simpanan Berjangka. Produk ini menawarkan investasi dengan minimal penempatan dana Rp 50 juta, sama dengan rata-rata deposito berjangka perbankan.

Produk ini juga memiliki tenor yang sama dengan deposito berjangka perbankan yakni 1 bulan sampai 24 bulan. Namun dari sisi bunga, produk ISP menawarkan lebih besar yakni 5-10%, ketimbang deposito berjangka bank 4-7%.

Tak hanya itu, produk ISP ini lebih menarik lantaran pajak bunganya hanya 10%. Sementara menurut toolkit ini pajak bunga deposito berjangka 20%.

Namun tertera bahwa penjaminan produk Simpanan Berjangka hanya berdasarkan kredibilitas ISP dan Indosurya Group. Sementara deposito berjangka bank dijamin LPS.

Dengan penawaran itu terbukti cukup banyak nasabah yang mau menempatkan uangnya di ISP. Bahkan jumlah dana simpanan pada 2018 saja mencapai Rp 10 triliun. Sementara sebagai koperasi, ISP hanya boleh menyalurkan dana untuk kegiatan usaha yang rata-rata merupakan UKM.




(das/eds)

Hide Ads