Pandemi COVID-19 disebut akan mempengaruhi perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China tahun ini. Center for Strategic and International Studies memproyeksi ekspor barang AS ke China hanya mencapai US$ 60 miliar sepanjang 2020 ini.
Angka ini lebih rendah dibandingkan proyeksi awal tahun sebesar US$ 186,6 miliar. Proyeksi ini merupakan skenario terburuk yang terjadi di kedua negara.
Penasihat Senior CSIS Scott Kennedy mengungkapkan masih ada kemungkinan kenaikan permintaan dan pembelian barang AS oleh China seiring dengan mulai pulihnya perekonomian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Targetnya memang tidak realistis, tapi pandemi ini juga makin membuat tidak realistis," kata Kennedy dikutip dari CNBC, Senin (11/5/2020).
COVID-19 ini pertama kali muncul di China. Kemudian untuk menekan penyebaran, China mengambil langkah tegas dengan lockdown, penghentian transportasi umum, sampai menghentikan kegiatan bisnis.
Hal ini disebut turut mendorong penurunan permintaan barang dan jasa di China yang merupakan konsumen terbesar di dunia.
Kennedy mengatakan akibat langkah tersebut, ekspor barang AS ke China turun hingga 10% pada kuartal I 2020. Dia menyebut ada kemungkinan data yang mengalami penurunan lebih dalam seperti perjalanan dan pariwisata.
Dia menyebut ada beberapa sektor yang akan terdampak dari kondisi ini. Misalnya ekspor energi akan merosot hingga 33,3%. Lalu penjualan pesawat komersil hingga penjualan mobil akan merosot.
Ekspor kedelai ke China juga akan turun hingga 39,4%. Kemudian ekspor daging juga akan terpengaruh pandemi ini.
(kil/fdl)