Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih menyampaikan Nilai Tukar Petani (NTP) anjlok di saat-saat menjelang kemarau seperti ini. Anjloknya NTP ini menunjukkan kesejahteraan petani yang juga kian seret.
Untuk itu Henry menyampaikan, pemerintah harus memberi stimulus ke petani dengan memperluas subsidi pertanian yang sebelumnya hanya di sektor input hingga merata ke sektor output.
"Perluas subsidi pertanian, jangan hanya bantuan seperti pupuk yang belum tepat sasaran dan cenderung menumpuk, alihkan dan perluas ke jaminan harga pembelian yang menguntungkan bagi petani oleh pemerintah dengan mensubsidi ketika harga jual dari petani anjlok," kata Henry kepada detikcom, Selasa (12/5/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Henry pun menyarankan agar pemerintah melakukan penguatan kelembagaan koperasi petani untuk membeli produk petani dengan harga yang ditetapkan dan menguntungkan petani, serta menyalurkan pangan ke lembaga-lembaga pemerintah.
"Ini memotong rantai pasok distribusi bisa dilakukan dengan memaksimalkan peran Bulog, BUMN pangan dan koperasi petani untuk menampung logistik hasil panen," tuturnya.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) NTP April 2020 mengalami penurunan 1,73% dibandingkan NTP Maret 2020, yaitu dari 102,09 menjadi 100,32.
Penurunan NTP dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) turun sebesar 1,64%, sedangkan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) naik sebesar 0,10%. Penurunan NTP ini diikuti dengan naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) petani.
Konsumsi Rumah Tangga Petani merupakan salah satu komponen Nilai yang dibayar oleh petani. Secara nasional, pada April 2020 terjadi kenaikan IKRT sebesar 0,11% sebagai dampak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) COVID-19, terkhusus makanan, minuman, komunikasi, kebutuhan rutin dan jasa lainnya. Akibat NTP yang turun tersebut harga jual beberapa bahan pangan juga mengalami penurunan drastis.
(fdl/fdl)