PT Adaro Energy Tbk (ADRO) merupakan salah satu dari banyak perusahaan terdampak pandemi Corona alias COVID-19. Sejauh mana perusahaan tambang ini terdampak Corona?
Menurut Direktur Utama Adaro Garibaldi Thohir, meski ada pandemi Corona, emiten berkode ADRO itu beroperasi seperti biasa, baik dari sisi produksi dan penjualan. Meski penjualan batu baranya terdampak akibat ada negara tujuan ekspor yang menetapkan lockdown wilayah.
"Pelanggan kami ini banyak blue chip di seluruh dunia, jadi sampai Q1 (kuartal 1-2020) masih on track (sesuai target), penjualan masih bagus. Terakhir-terakhir ini India ada lockdown, jadi ada penurunan sales, tapi karena market kita tersebut, jadi masih bisa dialihkan," kata pria yang akrab disapa Boy itu saat silaturahmi virtual bersama media, Selasa (12/5/2020).
Meski demikian, Boy mengakui dalam waktu ke depan ini industri batu bara akan banyak mengalami tantangan. Selain India yang lockdown, China juga menurunkan porsi pembelian batu baranya.
"Sekarang situasi sangat abnormal, tahun ini tahun yang menantang. Sekitar 90% pelanggan kita kan pembangkit listrik. Kalaupun ada pengurangan (pembelian batu bara) listrik itu tetap esensial jadi pembelinya masih ada. Listrik untuk industri agak sedikit menurun, tapi saya selalu percaya nanti akan ada masa pemulihan," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Keuangan Adaro Lie Luckman, mengaku bersyukur perusahaan masih bisa berjalan dengan baik meski dengan adanya karantina wilayah di berbagai negara.
"Power plant (pembangkit listrik) itu kan jalan terus meski ada lockdown, makanya kita bersyukur juga masih ada pelanggan yang beli batu bara. Karena pelanggan masih jalan jadi produksi kita juga jalan terus," kata Luckman.
Menurut Luckman, Adaro menargetkan produksi batu bara sebanyak 54-58 juta ton tahun ini. Dari sisi produksi tidak ada masalah, namun dari sisi harga batu baru yang turun perlu jadi perhatian perusahaan.