Pandemi virus Corona nyatanya memang membawa ujian yang begitu besar bagi banyak negara. Dampaknya memukul perekonomian nyaris seluruh negara di dunia. Tak sedikit negara yang mencatat pertumbuhan ekonomi yang negatif akibat dihantam wabah ini.
Saking luas dan dalamnya dampak yang diberikan, upaya pemulihan ekonomi dari pandemi ini disebut banyak analis juga bakal cukup terseok-seok, bahkan saat wabah ini benar-benar dapat ditaklukkan. Sekadar untuk membuka kembali aktivitas ekonomi saja disebut bukanlah langkah yang mudah.
"Jangan berharap membuka lagi aktivitas ekonomi akan kembali lancar," ujar Kepala Penasihat Ekonomi untuk Allianz Mohamed El-Erian dikutip dari CNN Business, Rabu (13/5/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagaimana diketahui, saat ini negara-negara yang angka kasus infeksi Coronanya berangsur melandai, mulai memberanikan diri untuk membuka kembali aktivitas ekonominya. Salah satunya yang kini dilakukan oleh Amerika Serikat.
Baca juga: Jokowi Akui Daya Beli Masyarakat Menurun |
Meski mendapat banyak pertentangan, akan tetapi AS tetap membuka kembali ekonominya demi menyeimbangkan penurunan pendapatan negara yang juga tengah dihadapi. Menurut El-Erian, bagaimanapun tindakan pemerintah AS membuka kembali ekonominya bukanlah tindakan gegabah, yang paling penting saat ini adalah fokus untuk secara cepat beradaptasi dengan segala kemungkinan yang muncul.
"Saya tidak tahu apa jawaban yang benar, tapi kita harus belajar dan mengumpulkan data dan beradaptasi dengan cepat," katanya.
El-Erian menjelaskan bagaimana upaya pemulihan ekonomi akan sulit dijalankan sesuai rencana. Menurutnya, upaya pemulihan ekonomi yang dilakukan serentak di banyak negara malah menciptakan kemajuan yang tidak merata. Hal itu kemudian membuat aktivitas ekspor impor semakin kompleks untuk dipenuhi.
Di sisi lain, kebiasaan orang-orang yang selama ini mulai terbiasa dengan aktivitas di rumah saja, membuat aktivitas ekonomi juga lambat untuk pulih. Seperti kegiatan menonton film ke bioskop dan makan di restoran kemungkinan besar akan mulai ditinggalkan.
Baca juga: Mengintip Ramalan Ekonomi RI Saat Corona |
Ketakutan akan gelombang kedua pandemi juga mengancam perlambatan pemulihan ekonomi, karena berkaca pada Korea Selatan dan Jerman, yang keduanya sudah membuka kembali ekonomi mereka, justru mencetak kasus baru COVID-19 tersebut.
Hal serupa juga dikemukakan oleh ekonom lain yang merupakan pemenang Hadiah Nobel yakni Paul Krugman. Menurut Krugman, terburu-buru membuka kembali aktivitas ekonomi malah akan meningkatkan kasus Corona lebih signifikan dari sebelumnya.
Menurutnya, hal terbaik yang seharusnya diambil seluruh negara di dunia adalah dengan tetap melakukan pembatasan sosial atau kalau bisa lockdown sampai kasus ini benar-benar bisa teratasi.
"Pemulihan ekonomi yang cepat adalah dengan melanjutkan penguncian dan membangun sistem pengujian dan penelusuran di seluruh negeri," kata Krugman.
(eds/eds)