Jokowi Curiga Ada yang Mainkan Harga Gula, Ini Jawaban Kemendag

Jokowi Curiga Ada yang Mainkan Harga Gula, Ini Jawaban Kemendag

Vadhia Lidyana - detikFinance
Kamis, 14 Mei 2020 15:21 WIB
Gedung Kementrian Perdagangan (Kemendag)
Kemendag/Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Harga gula dan bawang merah yang masih tinggi saat ini menjadi sorotan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Mantan Gubernur DKI Jakarta itu bahkan curiga ada oknum yang memainkan harga.

Untuk gula sendiri, menurut pusat informasi harga pangan strategis (PIHPS) harga rata-rata nasional masih betah di Rp 17.650/kg. Padahal, harga acuan di konsumen yang ditetapkan pemerintah adalah Rp 12.500/kg.

Menjawab kecurigaan Jokowi tersebut, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan Muhri mengatakan, penyebab harga gula masih tinggi ini utamanya disebabkan karena masalah distribusi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemendag sendiri sudah memberikan dua skema distribusi yakni dari produsen langsung ke ritel modern dan produsen langsung ke distributor di pasar tradisional. Nah, distribusi di pasar tradisional inilah yang memakan waktu cukup lama sehingga sulit ditemukan masyarakat.

"Untuk distribusi sampai ke pengecer misalnya, dari distributor yang memperoleh gula, mereka perlu waktu untuk mengemas ke kemasan yang lebih kecil. Dalam 1-2 kg, nah itu juga perlu waktu. Sehingga itu juga menjadi salah satu persoalan yang dikemukakan," terang Kepala BP3 Kasan Muhri dalam webinar pangan Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), Kamis (14/5/2020).

ADVERTISEMENT

Untuk stoknya sendiri menurut Kasan sudah diupayakan pemerintah untuk dipenuhi. Ia membeberkan, hingga saat ini Kemendag sudah menerbitkan izin impor untuk 533.972 ton gula kristal mentah (raw sugar) yang akan diolah menjadi gula konsumsi. Volume tersebut juga termasuk dengan impor raw sugar yang diolah menjadi gula rafinasi, dan dialihkan fungsinya menjadi gula konsumsi.

"Tapi yang jelas gula yang sudah diimpor dan yang ada, pertama yang sudah dikeluarkan izin impornya 533.972 ton. Itu yang raw sugar. Lalu relokasi dari AGRI (Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia) yang termasuk dalam 533.972 ton itu," urai Kasan.

Klik halaman berikutnya >>>

Begitu juga dengan impor gula kristal putih (GKP) atau gula siap konsumsi sebanyak 150.000 ton oleh tiga BUMN. Saat ini, Perum Bulog yang mendapatkan penugasan impor sebanyak 50.000 ton GKP sudah merealisasikan 22.000 ton. Lalu, pekan depan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) juga akan merealisasikan impor tersebut.

"Nah sehingga yang 150.000 ton penugasan ke 3 BUMN itu akan segera menjadi bagian dari pasokan gula untuk masyarakat," imbuh dia.

Di luar semua faktor tersebut, menurut Kasan konsumsi gula memang selalu meningkat di bulan Ramadhan dan menjelang Lebaran. Sekali lagi, ia memastikan stok gula ini akan terus dipasok ke masyarakat baik melalui ritel modern, maupun pasar tradisional.

"Tapi juga kan puasa lebaran biasanya ada kenaikan konsumsi yang itu juga menjadi perhatian kita. Jadi saya kira poinnya tidak semata-mata melalui ritel modern, dari produsen sudah disepakati langsung ke distributor dan pedagang pasar yang ada di beberapa lokasi," pungkasnya.

Sebagai informasi, pada rapat terbatas (ratas) kemarin Jokowi kembali menginstruksikan jajarannya untuk mencari penyebab kedua bahan pangan ini harganya tak kunjung turun. Dirinya curiga ada yang mengambil keuntungan dari dua bahan pokok tersebut.

"Saya ingin ini dilihat masalahnya di mana, apakah masalah distribusi atau stoknya kurang atau ada yang sengaja permainkan harga untuk sebuah keuntungan yang besar," tuturnya saat membuka rapat terbatas virtual, Rabu (13/5/2020).



Simak Video "Video Tom Lembong Usai Dituntut 7 Tahun Penjara: Saya Heran dan Kecewa"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads