Ada New Normal, Ekonomi RI Triwulan II Diprediksi Masih Minus

Ada New Normal, Ekonomi RI Triwulan II Diprediksi Masih Minus

Anisa Indraini - detikFinance
Selasa, 26 Mei 2020 17:35 WIB
Pandemi virus Corona membuat dunia usaha babak belur.  COVID-19 juga diproyeksi mendatangkan malapetaka pada ekonomi Indonesia, bahkan dunia.
Foto: Antara Foto
Jakarta -

Indonesia akan menghadapi era new normal bersama pandemi virus Corona (COVID-19). Dengan begitu diharapkan dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi Indonesia khususnya di triwulan ke II yang diprediksi akan minus.

Namun Direktur Eksekutif Institute Development of Economic and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2020 masih akan minus. Perekonomian Indonesia akan tenggelam dalam skenario terburuk -0,26%.

"Kita prediksi di triwulan ke II minus, tetap masih minus meski ada new normal. Triwulan ke II-2020 skenario beratnya -0,26%, itu paling berat ya," kata Tauhid kepada detikcom, Selasa (26/5/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Konsumsi rumah tangga juga diprediksi turun menjadi -1,07%, konsumsi pemerintah turun menjadi -0,37%, dan investasi turun menjadi -7,92%. Lalu volume ekspor ikut turun menjadi -9% dan pertumbuhan volume impor akan menjadi -16,21%.

Mengingat di triwulan ke II ini tidak banyak aktivitas ekonomi yang berjalan. Sedangkan tersisa kurang dari dua bulan lagi triwulan ke II akan habis dan pemerintah belum secara resmi kapan akan menerapkan new normal.

ADVERTISEMENT

"Pemerintah kan belum secara resmi tegas kapan memberlakukan new normal apakah 4 Juni atau berapa. Kalau misalnya PSBB diberlakukan kembali, tambah 2 minggu lagi otomatis sisa 2 minggu jadi pengaruh lajunya relatif kecil sekali terhadap pertumbuhan ekonomi di triwulan ke II," ucapnya.

"Saya kira karena memang faktornya kita sudah terlampau jauh turun drastis dan walaupun ditolong di sisa triwulan II terakhir belum bisa membantu," tambahnya.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah. Menurutnya, era new normal tak akan banyak membantu mendorong daya beli dan konsumsi karena banyak masyarakat masih resah dengan kehadiran Corona.

"Konsumsi masyarakat masih akan tetap terbatas walaupun PSBB dilonggarkan. Masyarakat tidak akan terus beli baju baru, beli motor baru, beli perabot rumah yang baru. Masyarakat akan menahan diri, belanja yang pokok-pokok saja, jadi konsumsi tidak akan mengalami lonjakan," imbuhnya.




(fdl/fdl)

Hide Ads