Ekonomi RI Bisa Lebih Baik dengan New Normal?

Ekonomi RI Bisa Lebih Baik dengan New Normal?

Trio Hamdani - detikFinance
Selasa, 26 Mei 2020 17:30 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono
Jakarta - Indonesia bersiap menghadapi era normal yang baru atau new normal pada kondisi pandemi virus Corona (COVID-19). Hal tersebut diharapkan akan kembali menggerakan kegiatan perekonomian yang laju pertumbuhannya sempat terpuruk di kuartal I-2020, yaitu hanya 2,97% berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS).

Lantas apakah era new normal ini menjadi kabar baik bagi perekonomian Indonesia? Menurut Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet, hal itu tergantung kesiapan Indonesia untuk hidup berdampingan dengan virus Corona yang hingga kini belum ada vaksinnya.

"Memang kalau dilihat dari sudut pandang ekonomi, kegiatan lockdown yang terus-menerus ini tentu akan ada dampak buruknya bagi ekonomi sehingga mau tidak mau pemerintah harus mengambil jalan tengah. Dan menurut saya jalan tengah yang di-propose pemerintah saat ini adalah dengan mewacanakan untuk melonggarkan dalam hal ini PSBB," kata dia saat dihubungi detikcom, Selasa (26/5/2020).

Namun jika Indonesia ternyata tidak siap menghadapi new normal, yang ada akan memicu gelombang kedua COVID-19 alias membuat kasus positif virus Corona melonjak. Bahkan negara yang berhasil menerapkan normal baru pun tetap terkena gelombang kedua.

Menurutnya kegiatan normal baru di tengah pandemi COVID-19 ibarat dua mata uang, ada potensi untuk meningkatkan perekonomian, tapi ada risiko peningkatan kasus positif virus Corona.

Nah, jika pemerintah berhasil memberlakukan era normal yang baru atau new normal tanpa membuat kasus positif virus Corona melonjak, Indonesia bisa keluar dari ancaman pertumbuhan ekonomi negatif.

"Kalau kita melihat dari tren kuartal 1 yang tumbuh 2%, kemudian kuartal 2 ini kan memang ada kemungkinan dia lebih rendah dibandingkan kuartal 1. Menurut saya potensinya berada dikisaran maksimal kalau hitungan kami itu di 2%," kata dia.

Hal itu dengan catatan jika new normal ini akan dilaksanakan di bulan Juni. Jika tidak, pihaknya memproyeksikan skenario terburuk sama seperti pemerintah, yaitu ekonomi minus 2%

"Jadi dengan skenario ini tentu pertumbuhan ekonomi bisa relatif lebih baik, maksudnya dari prediksi-prediksi skenario terburuknya. Kalau kami kan prediksi skenario terburuknya bisa mencapai minus 2 sampai dengan akhir tahun. Tetapi dengan adanya wacana (new normal) ini kami melihatnya batas atas itu di 2% sampai akhir tahun pertumbuhan ekonomi," jelasnya.

"Ini kami sudah menjalankan skenario bahwa pemberlakuan PSBB ini hanya terjadi di kuartal kedua saja. Kuartal ketiga kegiatan semua akan kembali normal. Jadi dalam hal ini kami melihat bahwa new normal ini adalah pelonggaran PSBB," tambahnya.


(toy/dna)

Hide Ads