Meraup Cuan di Tengah Corona dari Bisnis Hidroponik

Meraup Cuan di Tengah Corona dari Bisnis Hidroponik

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 01 Jun 2020 14:00 WIB
Peluang bisnis hidroponik di tengah Corona
Foto: Dok Pribadi/Ridwan Satria
Jakarta -

Pandemi COVID-19 yang terjadi di dunia turut mengganggu perekonomian global, termasuk di Indonesia. Namun ada celah peluang yang bisa diraih salah satunya menjual starter kit atau alat bertanam untuk pemula.

Pebisnis hidroponik, Ridwan Satria menjelaskan selama pandemi ini tokonya mencatatkan kenaikan penjualan yang signifikan. Hal ini karena banyak masyarakat yang melakukan work from home (WFH) dan memiliki banyak waktu luang untuk berkebun.

"Paling best seller di Purie Garden itu adalah starter kit, naik 300% dari hari biasa sebelum pandemi. Ini luar biasa ya karena momennya pas banyak yang WFH, kita juga mulai gencar promosi di media sosial," kata Ridwan pemilik toko hidroponik Purie Garden saat berbincang dengan detikcom, akhir pekan lalu.

Dia menjelaskan omzet yang didapatkan dari penjualan starter kit ini mencapai Rp 200 juta dalam satu bulan. Sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat, Purie Garden juga membuat program charity yakni 50% keuntungan dari penjualan starter kit dan ada sebanyak Rp 21 juta yang sudah disumbangkan.

Ridwan menceritakan, memulai usaha ini bersama sang istri yang memang hobi berkebun di depan rumah. Kebetulan Ridwan juga lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan juga berpengalaman kerja di bidang agriculture.

Kemudian bersama istri memulai usaha dengan membuat website dan akun Facebook untuk berjualan kecil-kecilan. Dia memang menyasar segmen urban farming dan menyasar perkotaan dengan menjual paket-paket yang terjangkau.

"Karena pengalaman saya, membeli benih dalam ukuran normal untuk di rumah itu kebanyakan, nggak kepakai jadi kita packing ulang supaya bisa disimpan lebih lama dan lebih hemat, waktu awal-awal saya dan istri benar-benar menjalankan ini berdua, packing berdua sampai pengiriman hanya berdua, sekarang alhamdulillah sudah ada 48 pegawai," jelas dia.


Modal yang digunakan saat awal bisa dibilang nol, karena dia bersama istrinya bekerja sama dengan supplier di desa-desa yang kebingungan memasarkan hasil tani mereka. "Misalnya waktu awal saya jual kompos dan kerja sama dengan pembuatnya di desa, mereka bingung memasarkan dan saya datang modal ngomong aja bantuin memasarkan, intinya sih jangan berhenti belajar," jelas dia.

Hingga saat ini Ridwan sama sekali tidak terlibat dengan bank untuk pendanaan. Ia selalu berupaya untuk memaksimalkan keuntungan yang didapat untuk mengembangkan usahanya.

Selain itu ia selalu melakukan riset-riset di pasaran tentang produk apa yang sedang booming dan digandrungi masyarakat. "Riset itu penting banget, jadi harus tahu apa yang laku di pasaran, bukan yang kita pengin ya. Saya pernah bikin paket tanam yang saya pikir bakal laku, ternyata salah. Ada produk yang saya underestimate tidak laku, eh malah laku," ucapnya.

Klik halaman selanjutnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Ridwan saat ini menyasar urban farming atau masyarakat perkotaan. Selain itu mengedukasi orang-orang jika pertanian itu tidak kotor dan panas. Kemudian mengampanyekan jika berkebun itu menyenangkan, tidak sulit dan tidak mahal. Saat ini Purie Garden bermarkas di Kediri, kemudian membuka cabang di Surabaya, Yogyakarta, Tangerang dan Bogor.

Untuk anak-anak muda yang ingin berbisnis, Ridwan memiliki tips dan trik yang harus diketahui. Pertama, harus tahu dan mencintai apa yang akan dilakukan. Selain itu harus punya prinsip dan tujuan jika ingin memulai usaha.

"Kalau saya prinsipnya bisnis itu untuk menghasilkan uang. Saya itu penganut yang tidak suka membakar uang. Kita harus ada spend di depan dan ke belakangnya harus punya target dan strategi bagaimana usaha ini bisa tumbuh," jelas dia.


Setelah hal-hal tersebut dilakukan manajemen perusahaan harus dilakukan agar hal-hal kecil bisa ditangani dengan baik. Konsisten dalam menjalankan usaha ini juga harus dijaga. Riset juga sangat penting dilakukan, jangan berhenti memikirkan dan menciptakan produk inovatif.

Selain itu, 40% produk yang dijual adalah hasil inovasi Ridwan dan tim, sisanya adalah produk biasa. "Karena kita juga punya misi untuk memanfaatkan lingkungan seluas-luasnya. Saya juga memasarkan produk UMKM di daerah sekitar seperti tepung sukun, beras gatot atau makanan tradisional yang kami promosikan dangan packaging yang baik," jelasnya.


Hide Ads