Kerusuhan di AS Tak Kunjung Usai, Apa Dampaknya ke Pasar Saham?

Kerusuhan di AS Tak Kunjung Usai, Apa Dampaknya ke Pasar Saham?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 01 Jun 2020 22:00 WIB
Los Angeles Police Department commander Cory Palka, right, talks to another officer as they walk by a burning police car during a protest over the death of George Floyd, Saturday, May 30, 2020, in Los Angeles. Floyd died in Minneapolis police custody on May 25.. (AP Photo/Mark J. Terrill)
Foto: AP Photo: Kerusuhan di Amerika Serikat tak kunjung usai
Jakarta -

Protes yang berujung kerusuhan terjadi di Amerika Serikat (AS). Kondisi ini diharapkan tidak terjadi dalam waktu yang lama pasalnya dikhawatirkan dapat mengganggu perekonomian AS.

Ekonom PermataBank Josua Pardede menjelaskan kerusuhan yang terjadi saat ini belum menimbulkan sentimen tertentu di pasar saham Asia.

Menurut dia hal ini tercermin dari pergerakan harga yang masih mengalami penguatan.

"Tidak berbeda dengan kondisi kerusuhan di negara lainnya, apabila protes dan kerusuhan ini hanya berlangsung maksimal 1 minggu, dampaknya terhadap perekonomian secara keseluruhan cenderung terbatas," kata Josua saat dihubungi detikcom, Senin (1/6/2020).

Namun akan berbeda cerita jika protes ini berlangsung selama 1 bulan yang akan berdampak pada perekonomian secara masif.


Menurut Josua kondisi tersebut berpotensi mendorong kontraksi perekonomian AS menjadi lebih dalam seiring dengan dampak pandemi COVID-19 yang berdampak pada perekonomian.

Saat ini kondisi dolar AS masih tertutupi sentimen ketegangan dagang yang kembali meningkat antara AS dan China akibat berkurangnya pasokan produk impor.

Jika ketegangan dagang antara AS dan China kembali meningkat maka dapat berpotensi mendorong risk off sentimen di pasar keuangan dan negara berkembang.

"Meskipun demikian, dampaknya ke harga minyak cenderung marginal di tengah ekspektasi perlambatan ekonomi global akibat pandemi COVID-19," jelasnya.

Josua menambahkan dampak dari kerusuhan di AS apabila hanya berlangsung sementara, maka dampaknya pada Indonesia cenderung marginal dan justru berpotensi berdampak positif jika investasi dan perusahaan-perusahaan AS direlokasi ke Indonesia, sekiranya tensi dagang antara AS dan China masih meningkat.




(kil/hns)

Hide Ads