Tak Ada Perjalanan Dinas Selama Corona, PTPN III Hemat Miliaran Rupiah

Tak Ada Perjalanan Dinas Selama Corona, PTPN III Hemat Miliaran Rupiah

Vadhia Lidyana - detikFinance
Kamis, 04 Jun 2020 09:07 WIB
Seorang calon penumpang dengan ijin khusus berobat menunjukan surat syarat terbang di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (7/5/2020). Pemerintah melalui  kementerian Perhubungan  membuka kembali penerbangan domestik dengan penumpang bersyarat seperti pebisnis, penumpang Repatriasi, perjalanan dinas pejabat negara  dan tamu negara dengan wajib menyertakan surat keterangan Negatif COVID-19 dari rumah sakit. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/nz
Foto: ANTARA FOTO/MUHAMMAD IQBAL
Jakarta -

Selama pandemi virus Corona (COVID-19), PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Holding melakukan perubahan mekanisme kerja mulai dari penghentian sementara perjalanan dinas, bekerja dari rumah atau work from home (WF) bagi karyawan perkantoran, dan rutin mengadakan rapat menggunakan video conference.

Direktur Utama (Dirut) PTPN III Mohammad Abdul Ghani, dengan berhentinya perjalanan dinas selama pandemi Corona ini, perusahaan pelat merah tersebut bisa menghemat anggaran bahkan hingga Rp 10 miliar per bulan.

Meski tak melakukan perjalanan dinas, pihaknya tetap rutin berkomunikasi dengan jajaran Holding PTPN di berbagai daerah dengan video conference, juga memantau perkebunan melalui proses digital.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya melihat ini ada satu momentum kita melakukan perubahan menggunakan IT sebagai instrumen manajemen, itu luar biasa. Yang dulu tidak terpikirkan. Loh biaya perjalanan dinas berapa 1 bulan? Miliaran, bahkan mungkin Rp 10 miliar dalam 1 bulan. Nah dengan sekarang bagus," kata Ghani dalam wawancara khusus dengan detikcom di kantornya, Jakarta, Rabu (3/6/2020).

Dengan efisiensi anggaran tersebut, ia pun berencana akan mengurangi perjalanan dinas ke depannya.

ADVERTISEMENT

"Jadi ke depan saya akan mengurangi perjalanan dinas. Sebenarnya dulu saya di anak perusahaan pernah mengeluh. Kalau rapat di sini, atau di kantor mana, rapat hanya 15 menit, yang rapatnya itu sebenarnya bisa digantikan virtual, tapi kok rapat juga. Sudah perjalanannya melelahkan, nanti 1 jam pulang, itu saya nggak masuk di akal. Dengan ini tidak lagi," jelas Ghani.

Dalam kesehariannya selama pandemi, Ghani mengaku masih rutin ke kantor. Namun, ia tetap membatasi pertemuan langsung dengan klien.

"Kalau saya pribadi saya tetap ke kantor, tetapi paling hanya 4-5 jam, lalu pulang. Saya sebagai pimpinan, sebagai flight carrier saya harus memastikan, saya harus menjadi contoh," terangnya.

Sementara, 10% karyawan di PTPN III diberikan kebijakan untuk bekerja dari rumah atau work from home (WFH). Namun, 90% pegawai PTPN masih harus turun ke lapangan dengan tetap menjalankan protokol pencegahan Corona.

"WFH itu hanya pegawai di kantor, kalau di kebun nggak bisa. WFH itu sebenarnya dampaknya untuk proses bisnis. Yang harus WFH karena COVID-19 nggak ada saya rasa 10%. Kalau sisanya 90% kerja di lapangan. kami jaga betul dengan protokol supaya jangan terpapar," imbuh dia.

Meski 90% pegawai PTPN masih bekerja di lapangan, namun Ghani memastikan pegawainya tak terpapar Corona.

"Ada yang pergi dari Kalimantan ke Sumatera jadi ODP. Tempo hari di PTPN III orang yang pulang dari Yerusalem, sebelum masuk PSBB itu sempat di PDP, tapi ternyata nggak terbukti. Terus terakhir Dirut PTPN IX di rapid test reaktif, tetapi di swab nggak kena," tutur Ghani.

Saat ini, Holding Perkebunan sedang menyiapkan skema new normal bersama dengan 13 anak perusahaannya. Ada 4 strategi yang disiapkan antara lain sebagai berikut:
1. Merumuskan kembali model interaksi yang selaras dengan protokol kesehatan untuk penanganan penyebaran COVID-19.
2. Program Transformasi Perkebunan Nusantara untuk meningkatkan kinerja operasional dan penyehatan keuangan harus sukses untuk menjamin kelangsungan usaha.
3. Protokol Penanganan Covid-19 di lingkungan Perkebunan Nusantara.
4. Untuk memastikan proses produksi tidak terganggu maka ditunjuk pejabat puncak masing-masing tingkatan dalam gugus tugas (task force) merupakan signal urgennya penyiapan infrastruktur menghadapi Era New Normal.




(fdl/fdl)

Hide Ads