Direktur Uber, Ursula Burns menyatakan bahwa banyak petinggi perusahaan kulit hitam seperti dia masih takut untuk menjalankan kehidupan normal. Hal ini terjadi karena sentimen ras di Amerika Serikat (AS).
Burns sendiri merupakan mantan CEO Xerox dan menjadi CEO wanita kulit hitam pertama di jajaran perusahaan top Fortune 500.
Menurutnya meski sudah punya jabatan di perusahaan top, dia tetap menjadi minoritas. Bahkan usai kasus pembunuhan George Floyd oleh polisi berkulit putih di AS dia mengaku kini khawatir bila didekati polisi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya bagian dari 1%, dan saya masih khawatir ketika saya didekati oleh seorang polisi," kata Burns dikutip dari CNBC, Kamis (4/6/2020).
Burns meminta agar perusahaan lebih banyak melihat kompetensi warga kulit hitam, bahkan kalau perlu ada di dalam jabatan penting pada perusahaan. Hal ini menurutnya dapat membongkar ketidakseimbangan ras lebih cepat.
"Sebagian besar dewan masih memiliki nol atau satu orang Afrika-Amerika di dalamnya, dan itu, saya pikir tekanan di bidang itu, dapat membantu mempercepat kemajuan dan transisi bagi perusahaan," jelas Burns.
Menurut laporan Center for Talent Innovation, warga kulit hitam di AS hanya memegang 3,2% dari posisi manajer eksekutif. Bahkan, kurang dari 1% dari posisi CEO Fortune 500.
Berlanjut di halaman berikutnya.
Simak Video "Adu Kuat Indonesia Vs China di Final Uber Cup 2024"
[Gambas:Video 20detik]