Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) akan menambah pembelian obligasi besar-besaran untuk memerangi dampak virus Corona. Bank sentral telah berkomitmen untuk membeli obligasi senilai 1,35 triliun euro atau setara US$ 1,5 triliun obligasi, meningkat dari 600 miliar euro atau setara US$ 675 miliar.
Langkah ini muncul setelah pemerintah Jerman menyetujui paket stimulus US$ 146 miliar atau setara dengan Rp 2.044 triliun (kurs Rp 14.000) untuk memulai pemulihan ekonomi di Eropa. Keringanan pajak baru dan insentif untuk pembelian mobil listrik pun ditawarkan.
"Kombinasi kebijakan fiskal dan kebijakan moneter yang diharapkan akan sangat penting untuk memulihkan kondisi ekonomi," kata Presiden ECB, Christine Lagarde dilansir CNN, Jumat (5/6/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Investor menyambut baik kebijakan itu dilihat dari nilai euro naik 0,6% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Keputusan ECB untuk memperluas program pembelian obligasi dilihat sebagai langkah penting untuk menjaga uang mengalir melalui zona euro dan memberikan dukungan bagi Italia, yang utang pemerintahnya bisa jadi berada di bawah tekanan.
Perkiraan untuk ekonomi yang sedang 'sakit' di kawasan itu telah mendorong para pembuat kebijakan untuk berbuat sesuatu lebih banyak. Komisi Eropa memperkirakan produk domestik bruto (PDB) di 19 negara yang menggunakan euro akan berkontraksi 7,75% tahun ini dan menjadi rekor. ECB memperkirakan PDB akan menyusut 8,7% tahun ini.
"Informasi yang masuk menegaskan bahwa ekonomi kawasan euro mengalami kontraksi yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Lagarde.
Berlanjut di halaman berikutnya.