Ekonomi RI Mulai Gerak, Bisa Balik ke 5%?

Ekonomi RI Mulai Gerak, Bisa Balik ke 5%?

Hendra Kusuma - detikFinance
Selasa, 09 Jun 2020 18:50 WIB
Poster
Foto: Edi Whayono
Jakarta - Perekonomian Indonesia sudah mulai gerak lagi usai pemerintah menerapkan tatanan normal baru alias new normal. Melalui keputusan tersebut pemerintah membuka kembali beberapa kegiatan ekonomi, salah satunya perkantoran.

Dengan dibukanya beberapa kegiatan tersebut, apakah ekonomi Indonesia akan kembali ke level 5% seperti sebelum COVID-19?

Tim Asistensi Menko Perekonomian, Raden Pardede menilai butuh waktu lama untuk mengembalikan ekonomi nasional di level 5%. Menurut dia, setidaknya hal tersebut baru bisa terjadi pada 2023.

"Dalam mendesain kebijakan ini, kita harus punya target, di 2022 atau 2023 minimal kita harus kembali ke pertumbuhan 5%," kata Raden melalui video conference, Jakarta, Selasa (9/6/2020).

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, kata Raden telah menyiapkan exit strategi dalam rangka pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi COVID-19 era new normal. Setidaknya ada dua poin penting yang harus dilakukan. Pertama, penyiapan kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan new normal atau tatanan normal baru.

Salah satu kebijakan adalah mengenai pemulihan ekonomi nasional (PEN). Pemerintah sendiri sudah menyiapkan anggaran sekitar Rp 677,2 triliun untuk melaksanakan program yang mencakup sektor kesehatan, jaring pengaman sosial alias bansos, dan jaring pengaman sektor riil seperti pemberian kredit modal kerja, restrukturisasi kredit, hingga pemberian bantuan kepada dunia usaha.

Kedua, kata Raden adalah mengenai syarat perlu yang harus disiapkan pemerintah dan dipatuhi oleh seluruh masyarakat tanah air. Menurutnya, pelaksanaan new normal dibagi ke beberapa tahap, salah satunya saat membuka beberapa kegiatan ekonomi maka pemerintah harus memastikan kasus penyebaran atau penularan COVID-19 sudah rendah atau tidak ada lagi.

Tidak hanya itu, dalam membuka beberapa kegiatan ekonomi juga harus melaksanakan protokol kesehatan, seperti menyediakan fasilitas cuci tangan, pengecekan suhu, dan lainnya yang dilakukan selama pandemi Corona.

Melalui strategi tersebut, Raden menyebut laju pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II dan III tahun ini masih melambat di bawah 5%. Dengan strategi ini ditambah kebijakan fiskal dan moneter diharapkan dapat mengembalikan angka pertumbuhan ekonomi di level 5%.

"Jadi seluruh kebijakan apakah makro, fiskal-moneter dan struktural itu harus diarahkan untuk capai target di 2023 paling lambat. Kenapa paling lambat? Mungkin presiden ingin tinggalkan legacy, ketika turun 2024, kondisi tidak terlalu buruk atau setidaknya sama di posisi 2019," ungkapnya.


(hek/dna)

Hide Ads