Kepala Bappenas Minta Data Dukcapil Jadi Acuan Distribusi Bansos

Kepala Bappenas Minta Data Dukcapil Jadi Acuan Distribusi Bansos

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 10 Jun 2020 18:05 WIB
Pemerintah berencana menghimpun anak-anak Indonesia ke dalam satu wadah. Wadah itu bernama Manajemen Talenta Nasional (MTN).
Suharso Monoarfa/Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa bicara soal pentingnya data kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil). Menurut Suharso, data yang berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) ini akan sangat penting untuk kebutuhan data pemerintah.

"Sebenarnya, kita sudah punya data baik sekali, misalnya yang dipakai di Pemilihan Umum, itu adalah data Dukcapil. Harusnya Dukcapil ini jadi data untuk orang Indonesia, tinggal informasinya yang dipertautkan untuk penduduk di manapun dia berada," ungkap Suharso dalam sebuah webinar, Rabu (10/6/2020).

"Ini saya kira penting yang menjadi dasar bagi kita semua dalam produksi data berikutnya," lanjutnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suharso menegaskan agar instansi pemerintah jangan terlalu banyak memperbanyak pusat data. Soal data perorangan masyarakat cukup melihat dari data Dukcapil.

"Maka saya ajak kita semua dalam proses ke depan itu untuk tidak lagi jangan lagi memperbanyak data center, cukup lah jadi wali data tertentu tapi basis datanya itu jelas, kalau dikejar perorangan NIK-nya ada," jelas Suharso.

ADVERTISEMENT

Begitu juga masalah Data Terpadu Kesejahteraan Sosial alias DTKS, data yang satu ini menjadi patokan dalam memberikan bantuan sosial ke masyarakat yang membutuhkan. Menurutnya, data Dukcapil bisa dioperasikan sejalan dengan DTKS.

Pasalnya, dalam DTKS pun hanya orang yang sudah terdaftar NIK-nya saja di Dukcapil baru boleh mendapatkan bantuan.

"Kemudian kita punya data terpadu kesejahteraan sosial, menurut saya DTKS itu bisa dikawinkan dan memang operable dua data ini. Karena kan harus ada NIK kan DTKS juga, NIK kan kategori seseorang itu bisa dapat bantuan," kata Suharso.

Berlanjut di halaman berikutnya.

Dari data Dukcapil juga menurutnya, pemerintah bisa membuat data spasial soal kependudukan. Salah satunya dalam membuat kategorisasi penduduk, mulai dari kategori pendapatan hingga jenjang pendidikannya.

"Contoh misalnya, kalau kita kembangkan sebuah data spasial yang kemudian data terpadu di desa, maka di desa saja kita bisa tahu mana yang belum punya dan punya NIK. Lalu kita bisa buat kategorisasi, itu keluarga harapan atau bukan, berapa yang bekerja dan nggak bekerja di satu rumah, lalu dia jadi apa, dan pendidikannya sampai mana SMP, SMA, atau universitas kah," kata Suharso.

Namun, masalahnya adalah hingga kini pendataan masyarakat di Dukcapil masih cukup sulit. Menurut, Direktur Penanggulangan Kemiskinan dan Kesejahteraan Sosial Kementerian PPN/Bappenas, Maliki mengatakan banyak masyarakat belum memiliki NIK, apalagi di Indonesia bagian timur.

"Kita juga coba selesaikan cakupan NIK di Indonesia Timur. Salah satu permasalahan data bansos adalah kesempurnaan NIK di wilayah Indonesia timur dan wilayah yang sulit dijangkau lainnya," kata Maliki.

Maliki menjelaskan kini pihaknya bekerja sama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mengupayakan layanan jemput bola registrasi ke desa-desa terpencil untuk sempurnakan administrasi kependudukan.

"Kami sudah tempatkan petugas registrasi ke desa-desa untuk sempurnakan administrasi kependudukan di desa bagian Timur atau wilayah sulit," jelas Maliki.



Simak Video "Fakta Mengejutkan dari Bappenas: Dana Stunting Malah Untuk Beli Motor Trail"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads