Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan aktivitas ekonomi global sudah mulai membaik.
"Perekonomian global mulai membaik pada Mei 2020 seiring dengan relaksasi dan normalisasi dari pemerintah di masing-masing negara," kata dia dalam halal bihalal online, Kamis (11/6/2020).
Dia mengungkapkan hal ini tercermin dari level kontraksi PMI manufaktur global yang sudha meninggalkan titik terendahnya.
"Negara-negara yang sudah mencatatkan perbaikan PMI manufaktur antara lain Amerika Serikat (AS), China dan Malaysia yang sudah melakukan relaksasi lockdown. Kita harap Indonesia bisa segera mengikuti," jelas dia.
Dia mengharapkan Indonesia bisa segera mengikuti negara-negara tersebut dan membuat pola V shape untuk pemulihan perekonomian.
Apalagi saat ini sudah banyak dukungan fiskal yang dibuat oleh pemerintah untuk menangani COVID-19 ini. Dia menyebutkan total dana yang telah dikeluarkan sebesar Rp 686,2 triliun dari total anggaran tersebut sebanyak Rp 598,65 triliun merupakan biaya pemulihan ekonomi nasional.
Terdiri dari biaya penanganan kesehatan sebesar Rp 87,55 triliun, perlindungan sosial Rp 203,9 triliun, insentif utama Rp 120,6 triliun, UMKM Rp 123,4 triliun, pembiayaan korporasi Rp 44,57 triliun dan sektoral K/L dan Pemda Rp 106,11 triliun.
Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Franciscus Welirang menjelaskan saat COVID-19 ini memang mengubah perekonomian dan perdagangan hingga sisi investasi.
Dia menyebutkan Indonesia tetap bisa mengambil peluang dari kondisi ini. Misalnya dengan mamanfaatkan bergesernya rantai pasok global dari China ke wilayah lain.
Namun juga dibutuhkan regulasi dan kepastian birokrasi dari pemerintah untuk mendorong iklim usaha yang lebih tinggi.
(kil/dna)