Dikutip dari CNBC, Jumat (12/6/2020), Hong Kong mempertahankan mahkotanya sebagai kota termahal selama tiga tahun berturut-turut. Sementara kota Ashgabat, Turkmenistan melonjak ke posisi kedua.
Ibu kota Jepang, Tokyo menempati urutan ketiga dalam daftar 10 besar yang didominasi oleh kota-kota Asia, termasuk Singapura (ke-5) dan kota-kota besar China seperti Shanghai (ke-7) dan Beijing (ke-10).
Eropa, sementara itu, diwakili di peringkat teratas oleh tiga kota Swiss, Zurich (4), Bern (8), dan Jenewa (ke-9). Kota New York adalah satu-satunya kota di AS yang muncul dalam 10 besar di urutan ke-6
Tingginya niai tukar dolar AS pada awal tahun, dan dampak yang dihasilkan pada mata uang lainnya, merupakan faktor utama dalam peringkat tahun ini. Akibatnya mata uang dan kenaikan harga barang dan jasa membuat kota-kota Asia Tenggara seperti Manila, Filipina (ke-80) dan Jakarta, Indonesia (ke-86) ikut naik.
Konsultan UK dan Irlandia, Kate Fitzpatrick mengatakan dirinya yakin penugasan pekerja dan ekonomi internasional akan dianjutkan jika berbagai negara membuka kembali perekonomiannya.
"Melihat ke depan ketika perjalanan dapat dilanjutkan, ada harapan bahwa orang asing akan kembali ke lokasi kerjanya yang kemungkinan berada di luar negari," katanya.
Namun, dengan kejatuhan ekonomi yang diperkirakan akan berlangsung selama beberapa bulan ke depan, Fitzpatrick mengatakan bahwa pengusaha dan karyawan harus memastikan jaminan dan tawaran bisnis baru yang menjanjikan.
"Perusahaan perlu memonitor secara cermat bagaimana fluktuasi mata uang telah mempengaruhi biaya hidup ekspat, dan jika perlu, menyesuaikan paket kompensasi mereka. Penghematan biaya juga akan tetap tinggi dalam agenda karena perusahaan memutuskan kapan dan di mana akan mengirim karyawan," tambahnya.
(ang/ang)