Jakarta -
Berita terpopuler detikFinance Rabu (17/6/2020) tentang uang koin Rp 1.000 bergambar kelapa sawit dijual ratusan juta rupiah. Uang koin tersebut diposting di situs jual beli online, dan sempat viral di media sosial.
Selain itu, berita terpopuler lainnya tentang salah satu pendiri Bukalapak, Muhamad Fajrin Rasyid, masuk bursa calon direktur PT Telkom Indonesi (Persero) Tbk. Menurut sumber detikcom di Kementerian BUMN, Fajrin sudah menjalani proses wawancara.
Pengin tahu informasi selengkapnya? Baca 5 berita terpopuler detikFinance berikut ini. Klik halaman selanjutnya.
Masih ingat dengan uang logam pecahan Rp 1.000 bergambar kelapa sawit? Kini ramai dibahas uang jadul tersebut dijual hingga ratusan juta per keping.
Dilihat detikcom di salah satu situs jual beli online, uang koin itu dijual termahal hingga Rp 150 juta per keping. Ada juga yang menjual dengan harga jutaan hingga puluhan juta. Meski begitu, ada juga yang menjual dengan harga puluhan hingga ratusan ribu. Dilihat dari iklan yang ditampilkan, mereka berlokasi di sejumlah daerah di Indonesia.
Bila dilihat lebih rinci, pemilik iklan memberikan deskripsi harga beserta tahun produksi uang logam tersebut. Rata-rata, uang logam yang dijual puluhan juta itu diproduksi di kisaran tahun 1990.
Baca selengkapnya di sini:
Viral Uang Koin Rp 1.000 'Kelapa Sawit' Dijual Ratusan Juta!Klik halaman selanjutnya.
Co-founder dan Presiden Bukalapak Muhammad Fajrin Rasyid dikabarkan menjadi salah satu calon direktur di PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom. Telkom sendiri akan menggelar rapat umum pemegang saham pada 19 Juni 2020 mendatang.
Sumber detikcom menyebutkan, Fajrin sudah diwawancarai oleh pihak Kementerian BUMN.
"Dia udah diwawancara sih sama pejabat-pejabat Kementerian BUMN," katanya, Rabu (17/6/2020).
Dia menyebut, wawancara dilakukan pada pekan lalu. Soal adanya kandidat lain, ia mengaku tak tahu.
"Baru minggu lalu (wawancara)," katanya.
Baca selengkapnya di sini: Pendiri Bukalapak Calon Kuat Direktur Telkom?
Klik halaman selanjutnya.
Dalam periode Januari-Mei 2020, Indonesia memperoleh 16 tuduhan anti dumping dan pengenaan safeguard dari 9 negara yakni Amerika Serikat (AS), India, Ukraina, Vietnam, Turki, Uni Eropa (UE), Filipina, Australia, dan Mesir.
Produk-produk yang dikenakan tuduhan tersebut antara lain monosodium glutamat (MSG/mecin), baja, alumunium, produk kayu, benang tekstil, bahan kimia, matras kasur, dan produk otomotif.
Jumlah tuduhan yang diterima selama pandemi virus Corona (COVID-19) ini bahkan berpotensi memecah rekor dibandingkan jumlah tuduhan yang biasa diterima Indonesia di tahun-tahun sebelumnya.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menilai tuduhan tersebut dalam jangka panjang bisa membuat kegiatan ekspor terganggu, bahkan terhenti.
"Dalam jangka panjang, kondisi ini akan backfire dan sangat-sangat menekan ekspor nasional hingga kita tidak lagi bisa berdagang atau mempenetrasi pasar global meskipun produk kita kompetitif," ujar Shinta kepada detikcom, Rabu (17/6/2020).
Bahkan, menurut Shinta pengenaan safeguard dari negara penuduh berpotensi melebar ke produk-produk lain.
"Efek samping tuduhan-tuduhan tersebut bisa saja melebar ke komoditas ekspor yang lain karena kebijakan safeguard cenderung menciptakan retaliasi proteksi dagang dari negara lain terhadap Indonesia," kata Shinta.
Baca selengkapnya di sini: Pengusaha Geram AS-India 'Serang' Ekspor RI