Holding Tambang Punya Utang US$ 4 Miliar, Bagaimana Bayarnya?

Holding Tambang Punya Utang US$ 4 Miliar, Bagaimana Bayarnya?

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Selasa, 30 Jun 2020 17:08 WIB
Logo dan Illustrasi INALUM, Indonesia Asahan Alumunium
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Komisi VII DPR mempertanyakan cara holding tambang BUMN atau MIND ID membayar utangnya. Sebab, holding tambang atau PT Inalum (Persero) telah menerbitkan surat utang US$ 4 miliar atau atau setara Rp 58,4 triliun (kurs 2018 US$ 1=Rp 14.600) untuk mengakuisisi PT Freeport Indonesia (PTFI).

"Coba jelaskan angsuran bagaimana dengan keadaan begini?" tanya Wakil Ketua Komisi VII Ramson Siagian dalam rapat Komisi VII Jakarta, Selasa (30/6/2020).

Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak menjelaskan, pihaknya mengakuisisi saham Freeport dengan harga US$ 3,85 miliar. Untuk mengakuisi saham itu, Inalum menerbitkan obligasi sebesar US$ 4 miliar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi waktu kami membeli Freeport memang harganya US$ 3,85 miliar dan kami melakukan pinjaman penerbitan obligasi waktu itu US$ 4 miliar dengan bunga rata-rata 6% atau kita harus membayar bunga US$ 240 juta atau 250 juta setiap tahun. Kami melihat situasi ini dan utang kami itu ada beberapa trance jadi ada yang jatuh tempo 3-5-10-30 tahun," paparnya.

Dia mengatakan, utang yang jatuh tempo dalam waktu dekat ialah untuk yang 3 tahun dan 5 tahun. Dia pun memperkirakan dengan adanya COVID-19 akan berdampak pada operasional tambang. "Jadi kami segera masuk pasar kemarin untuk melakukan refinancing yang jatuh tempo 2 tahun ini 2021-2023," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Ia mengatakan, pihaknya telah menerbitkan pinjaman US$ 2,5 miliar. Dia mengatakan, sebanyak US$ 1 miliar untuk membayar utang jatuh tempo 2021 dan 2023.

"US$ 1 miliar kami pakai untuk membayar setengah utang 2021 kemudian US$ 500 juta di utang 2023. Tekanan bagi kami membayar utang tidak seberat kalau tidak melakukan apa-apa," ujarnya.

Dia mengatakan, utang yang baru ini lebih rendah 0,7% dibanding utang sebelumnya yakni dengan rata-rata utang 5,4%.

"Kita membayar yang mungkin kita dapat dari pasar dan kebetulan yang kita terbitkan US$ 4 miliar obligasi yang kami lakukan penawaran kepada pemegang obligasi yang lama untuk mau menjual obligasi lama. Jadi kami beli balik obligasi ditukar yang tenornya lebih panjang supaya tidak tekanan kepada kita dari sisi cashflow. Yang berhasil ditukar 1 miliar," paparnya.

"Ada US$ 1,5 miliar kami rencanakan pembayaran sesuai mekanisme mempertimbangkan bunga pinjaman dan bunga di level anak perusahaan," sambungnya.

Selanjutnya, dia menjelaskan, Freeport sendiri saat ini memang belum memberikan cahflow atau dividen kepada Inalum. Freeport baru memberikan dividen mulai tahun depan.

"Level produksi 2021 ekspektasinya akan sama 2018 apabila harga tembaga 2018 kami ekspektasi dividen 2021 US$ 350 juta akan meningkat secara bertahap dan kami ekspektasi menerima US$ 1 miliar di 2023 dan seterusnya," ungkapnya.

Dia mengatakan, posisi cash Inalum saat ini mencapai Rp 42 triliun.

"Kami ekspektasi produksi yang dihasilkan Freeport sedikit di atas ekspektasi semua sesuai rencana untuk mengamankan masa sulit. Posisi cash hari ini Rp 42 triliun," ujarnya.



Simak Video "Video Tanggapan Pimpinan MPR Soal UU BUMN Baru: Bukan Berarti Kebal Hukum"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads