Berapa Potensi Produk Ekonomi Kreatif di e-Commerce Indonesia?

Berapa Potensi Produk Ekonomi Kreatif di e-Commerce Indonesia?

Wahyu Setyo Widodo - detikFinance
Selasa, 30 Jun 2020 23:23 WIB
Belanja online
Ilustrasi/Foto: shutterstock
Tangerang Selatan -

Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk memasarkan produk ekonomi kreatifnya di pasar e-commerce. Nilainya mencapai Miliaran Dollar.

Direktur Aplikasi dan Tata Kelola Ekonomi Digital Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf), Muhammad Neil el Himam menyampaikan potensi produk industri ekonomi kreatif buatan Indonesia dalam pasar e-commerce masih sangat besar. Neil pun mengungkapkan data nilai transaksi pasar e-commerce Indonesia sepanjang tahun 2019 yang jumlahnya mencapai Miliaran Dollar.

"Jadi tahun lalu, e-commerce di Indonesia nilai transaksinya mencapai 21 Miliar Dollar atau sekitar Rp 300 Triliun dan diharapkan 2025 mencapai 82 Miliar Dollar atau sekitar Rp 1.200 Triliun. Itu datanya dari Google Temasek," ungkap Neil di Hotel Santika Premiere Bintaro, Tangerang Selatan, Selasa (30/6/2020).

Nah dari jumlah nilai transaksi yang 'wow' itu, Neil mengungkapkan produk buatan Indonesia tidak sampai 10%-nya dari angka tersebut. Bahkan ada yang menyebut jumlahnya maksimal sekitar 30%-nya saja.

"Namun sayangnya, dari data itu Kementerian Perindustrian pernah membuat semacam survey baru sekitar 10% saja yang produknya buatan Indonesia. Tapi ada juga yang mengatakan, seperti Bukalapak pernah melakukan survey juga, mereka yakin sekitar 30% produknya buatan Indonesia," imbuh Neil.

Dari hasil survei itu, berarti masih ada potensi bagi produk buatan tangan kreatif orang Indonesia yang masih bisa bersaing di pasar e-commerce.

"Nah menurut kami, ini menarik. Artinya masih ada minimal 70% lagi pangsa pasar yang harus diraih oleh produk-produk Indonesia," sambungnya.


Oleh karena itu, Baparekraf mendorong agar para UMKM memanfatkan dunia digital, tak hanya untuk memasarkan produknya tapi juga untuk mengembangkan usaha sekaligus melakukan sistematisasi sehingga bisnisnya makin maju lagi. Baparekraf sendiri akan menggelar Baparekraf Digital Entrepreneurship (BDE 2.0) yang akan memfasilitasi UMKM untuk menuju ke sana.

"Ada 62 juta UMKM di Indonesia, paling banyak usaha mikro sekitar 59 juta. Dari jumlah tersebut, baru 6 jutaan yang mengunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam usahanya, baru kurang lebih 10% dari total yang ada. Nah tahun ini, kemarin barusan dilaunching Gerakan Bangga Buatan Indonesia, dimana salah satu kinerjanya adalah menambah lagi jumlah UMKM jadi 10 juta di akhir tahun yang nantinya on board di dalam transformasi secara digital," terang Neil.

Klik halaman selanjutnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Sementara itu, Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan menggelar Baparekraf Digital Entrepreneurship (BDE 2.0) untuk melakukan transformasi digital bagi 300 UMKM berbagai sektor.

Menghadapi tantangan ekonomi di masa pandemi Corona serta banyaknya ancaman PHK, Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf) menggelar Baparekraf Digital Entrepreneurship (BDE 2.0), sebuah inkubasi digital yang akan mentransformasi UMKM dari semula mengandalkan offline menjadi online.

"Baparekaraf Digital Entrepreneurship (BFE) ini merupakan kegiatan dari tahun 2017, sejak zaman Bekraf. Tujuan utamanya adalah melakukan transformasi digital bagi pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif," ujar Muhammad Neil el Himam.

Sasaran utama dari kegiatan ini adalah UMKM yang masih belun melek dengan penggunaan Teknologi Informasi dalam menjalankan usahanya, atau pun untuk UMKM yang ingin lebih memajukan lagi usahanya lewat platform digital yang sekarang ini tersedia dan mudah diakses siapa saja.

Nantinya para peserta kegiatan ini akan dikurasi alias diseleksi oleh tim dari Baparekraf. Dari ribuan pendaftar, akan terpilih sekitar 300 UMKM yang akan mendapat pelatihan digital selama sebulan penuh tentang segala sesuatu yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha di dunia digital.


"Kita mencoba untuk memberikan bimbingan teknis kepada temen-temen di daerah untuk bertransformasi secara digital. Memang tidak mudah. Bukan cuma masalah infastruktur, tapi juga masalah literasi digital. Kalau menurut kami ini bagian dari tugasnya pemerintah untuk mengakselerasi transformasi digital ini. Jangan sampai kita jangan cuma jadi pasar, tapi juga jadi produsen," imbuh Neil.

Nantinya para UMKM yang terpilih akan mendapatkan aneka materi mentoring dari para pakar yang sangat berkompeten. Materi itu mulai dari Entrepreneurship Mindset hingga Pengelolaan Keuangan.

"Harapan kami dengan makin luas, tujuan utamanya bukan hanya belajar, tapi juga menurut kami adalah berjejaring. Semakin banyak jaringannya, mudah-mudahan pintu rezekinya juga makin luas. Silaturahmi kan membuka pintu rezeki," pungkas Neil.


Hide Ads