Tangerang Selatan -
Mengembangkan ekonomi kreatif lewat dunia digital di Indonesia ada banyak kendalanya. Salah satu yang jadi momok utama adalah soal literasi digital masyarakat Indonesia yang masih rendah.
"Kendalanya memang banyak, terutama masalah Literasi Digital. Kalau di Jakarta atau kota-kota besar mungkin bukan masalah, tapi kalau di daerah masih banyak. Ini menurut kami bagian dari tugas pemerintah," ungkap Direktur Aplikasi dan Tata Kelola Ekonomi Digital Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf), Muhammad Neil el Himam di Hotel Santika Premiere Bintaro, Tangerang Selatan, Selasa (30/6/2020).
Selain itu, masih belum standarnya produk buatan UMKM juga melahirkan masalah tersendiri. Neil pun mencontohkan terkadang membeli produk kaos ukuran XL di 2 pedagang yang berbeda, bisa jadi keduanya beda ukuran.
"Soal standarisasi produk, masih banyak yang belum mengerti standar. Soal ukuran saja, misal kita jualan kaos nih, kadang-kadang kita beli kaos ukuran XL muat, terkadang buat yang lain XL-nya sama dengan M, jadinya seksi banget kalau dipakai. Hal semacam itu yang jadi concern kami," imbuh Neil.
Masalah lain yang dihadapi UMKM di dunia ekonomi kreatif adalah soal manajemen keuangan. Masih ada pelaku usaha kecil yang tidak mengerti pembukuan, juga tentang pemodalan serta legalitas apakah harus berbadan hukum atau tidak.
"Masih ada yang belum mengerti uang masuk hari ini berapa, uang keluar berapa, ongkos produksi berapa, dia mau jual berapa. Itu juga Literasi Finansialnya masih rendah. Sedangkan di satu sisi kemajuan teknologi sangat luar biasa," katanya.
Apalagi soal pembayaran cashless. Untuk itu pemerintah hadir lewat Bank Indonesia yang mewajibkan penggunaan QRIS, QR Code standar untuk pembayaran mulai tahun ini.
"Nah mulai tahun ini, Bank Indonesia sudah mewajibkan penggunaan QRIS, QR Code untuk pembayaran. Artinya, UMKM nanti akan punya suatu QRIS, satu kode dia bisa dibayar menggunakan semua platform. Jadi mau pakai Gopay, OVO, LinkAja, alatnya satu. EDC-nya satu. Jadi akan sangat mudah, aman dan cepat," pungkas pria berbaju batik itu.
Klik halaman selanjutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan memberikan pelatihan online buat UMKM lewat Baparekraf Digital Entrepreneurship (BDE 2.0). Ini materi yang akan diajarkan nanti.
Baparekraf akan mengadakan pelatihan online untuk para pelaku UMKM dari berbagai sektor agar mereka lebih 'melek' digital. Ada 3 sektor yang saat ini jadi prioritas Baparekraf yaitu Kuliner, Fashion dan Kriya.
Nantinya akan adavtotal 300 UMKM yang akan mengikuti pelatihan ini. Lantas bagaimana caranya agar UMKM bisa ikut program ini?
"Ada beberapa mekanisme, jadi yang pertama kita akan melakukan registrasi per hari ini sampai tanggal 10 Juli nanti. Itu untuk batch pertama untuk kategori Fashion. Jadi untuk temen-temen ekonomi kreatif yang Fashion sudah bisa mendaftar," ungkap Muhammad Iqbal, Founder dan CEO Bandros.co.id kepada detikTravel di Hotel Santika Premiere Bintaro, Selasa (30/6/2020).
Kemudian di bulan kedua, peserta UMKM dari bidang kuliner akan dipersilakan untuk mendaftar. Pun dengan UMKM di bidang Kriya, diperbolehkan mendaftar untuk di bulan yang berikutnya.
Selama proses registrasi, tim dari Baparekraf akan mengumpulkan data-data dan melakukan proses kurasi UMKM mana yang cocok dan serius untuk mengikuti program Baparekraf Digital Entrepreneurship (BDE 2.0).
"Kita kurasi, kita seleksi apakah temen-temen ini betul usahanya, dalam arti bener-bener ke orangnya, pelakunya bukan reseller. Proses kurasi kurang lebih 2-3 hari. Baru kita mulai mentoring," imbuh Iqbal.
Sebelum mentoring, UMKM calon peserta diwajibkan untuk membekali diri dengan materi pra-program lewat video yang sudah disiapkan. Jadi ketika mentoring, mereka tidak 'kosong'.
Klik halaman selanjutnya.
Materi mentoring di pelatihan ini antara lain:
1. Entrepreneur Mindset
2. Creative Thinking
3. Digital Marketing
4. Digital Branding
5. Creative Fotografi
6. Manajemen Distribusi
7. Quality Assurance
8. Manajemen Operasional
9. Sistemasi Bisnis
10. Pengelolaan Keuangan
11. Studi Banding
12. Alternatif Pemodalan
"H-1 Mereka wajib untuk nonton materi yang diwajibkan oleh para mentor. Jadi kita kan mentoring cuma 2 jam, waktunya singkat banget. Makanya kita punya mekanisme mereka itu udah minimal baca atau nonton video materi, jadi ketika mentoring fokus diskusi, tanya jawab, penjelasan dan lain-lain," sambungnya.
Proses mentoring tersebut akan dilakukan secara live streaming. Dalam sehari, minimal 2 jam. Selama 1 minggu, akan ada 2 materi yang diajarkan oleh para mentor.
Sedangkan untuk pasca program, akan ada 2 kali presentasi, pertama terkait materi yang sudah pernah diajarkan. Kemudian presentasi kedua terkait bisnis yang mereka jalankan.q
Ada juga Reflection, dimana peserta UMKM diwajibkan membuat resume terkait materi ang sudah diberikan. Mekanismenya sudah sama seperti yang dialami di bangku kuliah.
"Ini jadi penting supaya mereka bener-bener serius memahami isi materinya. Yang kedua kita bisa melihat poin-poin atau materi yang mungkin dia nggak cerna. Siapa tahu peserta lain ada yang punya rangkuman lebih lengkap, sehingga temen-temen bisa belajar dari yang lebih lengkap," pungkas Iqbal.
Simak Video "Video: APINDO Sebut UMKM RI Masih Keterbatasan Akses Modal"
[Gambas:Video 20detik]