Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bercerita sulitnya membuat kebijakan fiskal di tengah pandemi virus Corona (COVID-19). Ia menceritakan pengalamannya sebagai seorang akademisi dibandingkan dengan ketika menjabat sebagai seorang Menteri Keuangan saat ini.
"Sebagai policy makers dan sekarang terjun sebagai Menteri Keuangan, kita kadang-kadang waktu di akademik merasa bisa menjelaskan dan menganalisa dan membahas berbagai topik," kata Sri Mulyani dalam peluncuran dan bedah buku Terobosan Menghadapi Perlambatan Ekonomi, Sabtu (4/7/2020).
Menurut Sri Mulyani, situasi pandemi Corona ini membuat dirinya harus membuat kebijakan tanpa adanya ketenangan. Sesudah membuat kebijakan pun, ia harus siap menerima banyak kritik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada saat kita sebagai pembuat kebijakan dan apalagi dalam situasi seperti sekarang ini COVID-19, kita sering tidak dihadapkan pada kemewahan di dalam mendesain kebijakan dalam suasana yang tenang. Sehingga di dalam buku ini saya menuliskan tantangan sebagai pimpinan atau sebagai pembuat kebijakan terutama dalam lingkungan yang sangat banyak berubah, adalah berbagai pilihan-pilihan dan judgement yang harus dibuat," tutur mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut.
Selain itu, kebijakan yang harus dibuatnya di tengah pandemi Corona ini tentunya langsung berdampak pada masyarakat. Sri Mulyani mengakui, banyak konflik yang hadir ketika ia membuat kebijakan selama pandemi Corona ini.
"Pilihan-pilihan itu sering adalah conflicting dengan banyak sekali goals. Jangan lupa sebagai pengelola kebijakan maka kita berhadapan di dalam suatu lingkup di mana masyarakat mengharapkan banyak sekali. Banyak sekali yang diharapkan masyarakat dan itu terartikulasikan melalui berbagai macam. Apakah dari sisi Partai Politik, ataukah dari sisi media, dari sisi para aktivis, NGO (Non-Governmental Organization atau LSM), dan lain-lain. Itu semua terartikulasikan," ujarnya.
Namun, menurutnya sebagai pembuat kebijakan ia selalu dan harus mendengarkan aspirasi masyarakat.
"Dan kita policy maker mendengar itu. Namun untuk bisa menetapkan policy seperti apa, itu kita dihadapkan pada constrain atau kendala, dan trade off. Jadi kita tidak dalam posisi untuk semua bisa dipilih tanpa ada kendala," pungkas Sri Mulyani.
(fdl/fdl)