Terang Benderang Laba Lampu Hias

Terang Benderang Laba Lampu Hias

- detikFinance
Minggu, 19 Apr 2009 11:25 WIB
Jakarta - Lampu hias cantik sering dipakai dalam ruangan baik di gedung-gedung resmi maupun rumah pribadi. Saking pentingnya sebagai ornamen penghias tambahan, permintaan terhadap produk ini cukup tinggi.
 
Halim Ansori pemilik PT Start Art awalnya tidak menyangka produk lampu hiasnya banyak digemari orang. Namun melalui terobosan inovatifnya, lampu hias ternyata tidak hanya dibuat dari lampu konvensional saja.
 
Melalui tangan kreatifnya, mote (butiran kecil warna-warni) yang tidak terpakai ia sulap menjadi produk yang bernilai jual tinggi. Begitu pula dengan kaca mika yang selama ini sebagai pelindung lampu hias, ia urai dan ditempelkan dengan mote yang berwarna-warni. Walhasil produk lampu hias cantik, siap menjadi lumbung laba.
 
Kisah sukses Halim bermula sejak tahun 2003 lalu, mantan karyawan supervisor sales promotion (SPG) disebuah perusahaan retail ini, menemukan ide cemerlang berawal ketika ia menemukan ratusan karung mote yang terbuang sia-sia. Dari situ lah ide membuat lampu hias bertabur mote berawal.
 
"Ibu saya di desa, punya kerajinan yang memakai mote, tapi banyak sisa tidak terpakai, berkarung-karung tidak terpakai," kata Halim kepada detikFinance akhir pekan lalu.
 
Kini produk lampu hias cantiknya, sudah mampu menembus pasar di seluruh Indonesia, bahkan yang mencengangkan lagi produknya sudah mampu keliling dunia. Tak heran pembeli-pembeli asing asal Belanda, Amerika, Jepang, Abu Dhabi mengantri membeli produknya.
 
Lampu hias yang ia buat harganya relatif terjangkau mulai dari Rp 40.000 sampai Rp 350.000 untuk jenis standing lamp. Tak jarang juga ia pernah menjual produk lampu standing lamp hingga Rp 5 juta lebih.
 
Melalui toko yang berlokasi kota Surabaya, ia berani jamin produk-produk buatannya mampu bertahan hingga lima tahun.
 
Meskipun tidak banyak, 5 karyawannya selalu setia mendampinginya untuk membuat produk-produk lampu hias. Dalam sebulan Halim mampu membuat kurang lebih 1.000 buah lampu hias dengan omset rata-rata Rp 50 juta lebih per bulan.
 
Halim mengakui bisnis lampu hias cukup menarik, karena selain permintaannya masih tinggi, pemainnya pun belum terlalu banyak. Bahkan dari sisi margin, modal produksinya relatif kecil dibandingkan margin yang diperoleh lebih besar.
 
"Berbisnis ini perlu kreatifitas itu, justru yang menarik," katanya.
 
Selain membuat, lampu hias dari hiasan mote, ia juga membuat produk sejenis dari produk lukisan pelepah pisang, sebagai produk segmen atas yang harganya juga sangat selangit.
 
"Bisnis itu harus dibedakan bagi produk massal dan produk seni. Saya juga buat lampu hias dari lukisan pelepah pisang tapi itu buat segmen atas," ucapnya.
 
Berbicara soal bahan baku, produk-produk mote bisa diperoleh melalui produk lokal meski dalam jumlah terbatas. Meskipun umumnya banyak diimpor dari China dan Taiwan.

(hen/lih)

Hide Ads