"Kenapa saya jadi pengusaha? Karena terpaksa. Pengusaha itu ada yang diciptakan dan ada yang dilahirkan. Jadi kalau bapak saya pengusaha, berarti saya dilahirkan. Tapi bapak saya bukan pengusaha atau penguasa," kata CT sambil berdiri di atas panggung seminar d'Preneur Spesial di Dyandra Convention Center, Surabaya, Minggu (14/6/2015).
Maka dari itu, CT mengaku harus menciptakan dirinya sendiri untuk menjadi pengusaha yang sukses. Ia pun mulai berjualan sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD).
"Saya memulai dari SD, bukan cari uang tapi hanya sekedar bantu-bantu saja. Jualan kue-kue, kacang-kacangan. Sekedar membantu," katanya.
Meski terlihat sederhana, tapi berjualan sejak kecil tersebut melatih tanggung jawab dan pintar hitung-hitungan dalam berbisnis. Itu merupakan hal yang penting dalam berbisnis.
"Kalau saya habis berjualan es mambo itu dapat Rp 25, kalau tidak habis ada sisa es mambo yang saya dapat. Sisanya harus sama antara modal pertama dan di akhir jualan, ini hitung-hitungan yang nantinya merangsang hubungan-hubungan lain yang lebih complicated," ujar CT yang mengenakan kaos dan jas hitam dipadu celana jeans abu-abu.
Menurutnya, hikmah yang bisa diambil dari berjualan sejak kecil ini adalah arti pentingnya tanggung jawab dan hitung-hitungan bisnis
(ang/zul)











































