Bertempat tinggal di Cilacap yang dekat dengan pantai membuatnya terinspirasi memanfaatkan kerang untuk menjadi bisnis. Sugiarto awalnya meneruskan usaha orang tuanya pada1997, tetapi pada 2001 ia mulai membuka kios sendiri dengan bantuan pinjaman dari Pertamina sebanyak Rp 10 juta.
Foto: Yulida Medistiara |
Hal itu karena usahanya ini merupakan binaan dari BUMN eksplorasi minyak pelat merah itu. Usahanya ini pun sering diajak oleh Pertamina dan dinas kabupaten atau dinas pemerintah lainnya. Dari mulai mengikuti pameran di domestik hingga ke Hong Kong.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: Yulida Medistiara |
Ia membeli kerang ke nelayan pengepul kerang, setiap bulan atau 2 minggu sekali membeli bahan baku kerang sekitar 1 ton. Terkadang jika ada motif kerang yang ingin dibeli, Sugiarto juga membeli kerang dari beberapa daerah seperti Pasir Putih Jawa Timur dan Pangandaran.
"Setiap satu bulan atau 2 minggu sekali beli bahan baku 1 ton sekitar Rp 15-20 juta dari pengepul kerang," ujar Sugiarto.
Foto: Yulida Medistiara |
Produk yang dijual bermacam-macam ada tempat tisu, lampu kerang, figura kerang, nampan kerang, gelang, kalung, tempat perhiasan dari kerang, dan aneka lainnya. Sugiarto memiliki 7-8 mesin pencetak kerang di rumahnya.
Ia bahkan memiliki 1 rumah produksi dan 2 kios di Cilacap. Dia juga memiliki kerja sama dengan rekan sejawatnya di Yogyakarta yang juga menjual produknya di toko tersebut.
Foto: Yulida Medistiara |
Kini omzetnya mencapai Rp 10 juta per bulan, di mana omzet tersebut menurun daripada tahun 2015 lalu yang mencapai Rp 30 juta/ bulan. Ia mengatakan, penurunan tersebut karena daya beli masyarakat yang menurun.
"Omzet tahun 2015, 1 bulannya bisa Rp 30 juta tapi di tahun 2016 sekitar Rp 8-10 juta per bulan itu karena sepi pasarnya. Beberapa pengusaha olahan laut lainnya seperti makanan kerang juga mengalami penurunan, ini karena daya belinya kurang," imbuhnya.
Foto: Yulida Medistiara |
Bahkan produknya telah diekspor ke beberapa negara seperti Sudan dan Mesir. Ekspor tersebut karena ada pembeli rutin seperti dari Sudan yang mengimpor ke negaranya setiap 3 bulan sekali.
"Kalau ada buyer misal dapat pesanan 120.000 kerang untuk dikirim ke Mesir. Kita juga ekspor Sudan setiap 3 bulan sekali senilai Rp 120 juta," imbuhnya.
Foto: Yulida Medistiara |
Saat ini ia memiliki 4 karyawan dan dibantu isterinya untuk menghias kerang, tetapi jika ada orderan yang banyak maka akan ditambah lagi karyawan sesuai dengan kebutuhan. Harga jual kerang tersebut berkisar dari Rp 5.000-2 juta/produk.
"Rp 2 juta itu karena ada lampu hiasan kerang yang besar dan mewah biasanya untuk di hotel," ujarnya. (dna/dna)












































Foto: Yulida Medistiara
Foto: Yulida Medistiara
Foto: Yulida Medistiara
Foto: Yulida Medistiara
Foto: Yulida Medistiara
Foto: Yulida Medistiara