"Kebutuhan 14 juta butir itu tersebar mulai dari Pasar DKI, Jabar dan Banten jumlah itu termasuk kebutuhan telur puyuh untuk salah satu produk makanan kemasan milik Indofood yang mencapai 4 juta per minggu," kata Slamet Wuryadi, pemilik Slamet Quail Farm (SQF) kepada detikFinance di Pondok Wirausaha Dewin Assalam, Kecamatan Cikembar, Sukabumi, Minggu (21/5/2017).
![]() |
Slamet menjelaskan jika jumlah kebutuhan itu baru terpenuhi sebanyak 3,5 juta butir telur dari 700 peternak di Indonesia yang berada di bawah binaan SQF. Potensi bisnis telur puyuh dikatakan Slamet belum terlalu diminati karena masih dianggap tidak menarik.
"Indofood saja minta 4 juta butir itu per minggu, kita baru bisa penuhi 4 juta per bulan jadi kita masih 'ngutang' ke mereka. Ini sebetulnya bisnis yang menjanjikan karena marketnya di tunggu, pasar usaha agribisnis apa lagi coba yang memang pangsa pasarnya semenarik ini," lanjutnya.
![]() |
Telur burung puyuh dikatakan Slamet didapat unggas lokal milik Indonesia yang memiliki kandungan gizi tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ditambahkan Slamet keuntungan dari satu butir telur puyuh adalah sebesar Rp 75 rupiah dengan modal Rp 200 persatu butir.
"Dengan jumlah itu rata-rata peternak per hari bisa memperoleh keuntungan sebesar Rp 84 ribu, dari minimal sebanyak 1.000 ekor puyuh," ujar dia.
![]() |
Saat ini daerah dengan paling banyak peternak puyuh berada di Jawa Timur dengan jumlah populasi unggas puyuh sebanyak 7 juta ekor.
"Sementara kita masih kisaran ratusan ribu sekitar 600 ribuan ekor, yang harus diketahui oleh masyarakat itu bisnis telur puyuh itu low risk high profit, asal punya kemauan dan mau bersentuhan dengan bank," tutupnya. (dna/dna)