Dianggap Kumuh, Bisnis Kardus Omzetnya Bisa Capai Rp 300 Juta/Bulan

Dianggap Kumuh, Bisnis Kardus Omzetnya Bisa Capai Rp 300 Juta/Bulan

Selfie Miftahul Jannah - detikFinance
Kamis, 09 Agu 2018 20:19 WIB
Foto: Selfie Miftahul Jannah
Jakarta -

Siapa sangka, pemandangan tumpukan kardus bekas menjadi ladang penghasilan bernilai ratusan juta. Kardus- kardus bekas tersebut diubah menjadi berharga oleh Juragan Gudang Kardus di Kawasan Kramat Djati, Jakarta Timur Dewi Lestari.

Dewi yang semula merupakan karyawan di sebuah perusahaan konsultan usaha mikro kecil menengah (UMKM) beralih profesi menjadi pengusaha sukses.

Dewi bercerita awalnya jual beli kardus hanya usaha sampingan dan ia sempat ragu untuk meninggalkan pekerjaannya untuk serius berbisnis di jual beli kardus. Namun, setelah melihat usaha bisnis sampingannya cukup menggiurkan. Dewi akhirnya di tahun 2007 mulai fokus dalam penjualan kardus bekas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awalnya sampingan dengan modal tabungan Rp 10 juta. Karena ada kenalan kan butuh dan saya tau dimana beli kardus begitu dia minta pesan 1.000 kardus sebulan. Kemudian kan ada sisa, kardus kardus ini saya pajang di depan rumah, eh tarnyata banyak yang nawar. Nah sambil yang pesanan 1000/ bulan jalan, ternyata pesanan dari yang (konsumen) lain juga bermunculan. Jadi akhirnya mulai serius jualan dari tahun 2007," kata dia kepada detikFinance, Kamis (9/8/2018).


Dianggap Kumuh, Bisnis Kardus Omzetnya Bisa Capai Rp 300 Juta/Bulan Foto: Selfie Miftahul Jannah


Perempuan lulusan Teknik Informasi Institut Pertanian Bogor (IPB) ini akhirnya mencari beberapa perusahaan yang bisa membuang limbah kardus. Limbah kardus yang diincarnya tidak sembarangan, namun hanya kardus yang masih layak digunakan yang biasanya kardus bekas dari paket pengiriman barang impor.

"Ini seperti ngelink gitu, awalnya satu perusahaan yang kerjasama buat kita tampung limbah kardusnya. Nah sampai sekarang ada 10 perusahaan yang kerja sama," kata dia.

Meski tidak setiap hari kardus kardus bekas tersebut datang. Namun Dewi menyebutkan, jika limbah tersebt datang secara berkala. Satu pabrik bisa memberi 1 hingga 2 truk dengan rincian 1000 kardus/ truk dalam sekali kirim.

"Kita harus siap tampung aja. Berapa yang mereka mau kasih ke kita. Kita bayar," ujar dia.

Dewi mengaku hingga saat ini ia bisa menjual sekitar 1.000 kardus per hari. Dengan beberapa jenis ukuran, ada yang untuk kebutuhan kecil sedang dan sangat besar. Pilihan harganya pun beragam mulai dari Rp 5.000 sampai Rp 20.000, tentunya harga disesuaikan dengan ukuran dan ketebalan kardus.

"Biasanya yang bagus itu kardus-kardus bekas membungkus barang impor dari pabrik-pabrik. Sehari bisa keluar 500-1.000 kardus," kata dia.

Dari hasil hitungan jika diasumsikan penjualan 1.000 kardus/ hari dikalikan kardus yang paling banyak dibeli yaitu di harga Rp 10.000 maka penghasilan dari penjualan kardus bisa mencapai Rp 300 juta/ bulan.

"Iya bisa segitu (Rp 300 juta) tapi kan bisa kurang juga nggak selalu 1.000 kardus yang keluar," ujar dia.

Meski tampak mudah namun banyak juga tantangan tang harus dihadapi Dewi selama jatuh bangun mengelola bisnis selama 11 tahun. Salah satunya keterbatasan suplai barang.

Kesulitan selama awal ia membangun bisnis ini adalah suplai limbah kardus yang suplainya tidak selalu tersedia.


Dianggap Kumuh, Bisnis Kardus Omzetnya Bisa Capai Rp 300 Juta/Bulan Foto: Selfie Miftahul Jannah


Dewi menjelaskan, untuk menjalankan bisnisnya ia menggunakan jaringan bisnis selama dia menjadi konsultan bisnis UMKM. Ia mulai mencari pabrik mana saja yang memiliki limbah kardus bekas.

"Dulu saya sempat cari perusahaan mana yang punya limbah kardus bekas tapi masih layak pakai," kata dia.

Selain itu ada pula kendala lainnya, Dewi menjelaskan karena bahan bakunya mengandalkan limbah kualitas dari kertas dari kardus pun tidak bisa stabil.

"Kalau misalnya dari pabrik sana dari negara sana yang impor ke perusahaan tersebut itu kan kadang suka ganti produk kan, konsumen kita di Indonesia cocok dengan kardus yang sebelumnya tapi kan kalau second gitu kan masalahnya, masalah ganti kemasan ganti produk yasudah ukurannya berubah," jelas dia.



Sementara itu kendala lain juga dialami oleh Dewi, ia mengaku berbisnis kardus berbeda dengan bisnis yang lainnya. Dewi menjelaskan, jika pengusaha lain bisa mengatur pengeluaran untuk kebutuhan stok.

Maka untuk bisnis kardus tidak bisa. Dewi mengatakan, jika kerjasama yang dilakukan oleh beberapa perusahaan untuk menampung semua kardus harus siap modal besar.

"Kalau kardus itu keluar barang dari pabriknya berapa yasudah itu yang ia terima bisa jadi bulan ini dan bulan kemarin itu lebih besar dari bulan ini. Harus siap nampung. kita harus siap deposit," ujar dia.

Meski mengalami kesulitan hingga saat ini skema dan sistem stok membuat bisnisnya terus berputar dan menghasilkan. Sehingga banyak yang bisa dikembangkan dan dijual selain kardus bekas.

Seiring dengan tingginya permintaan. Dewi saat ini juga mulai memberikan penawaran untuk membuat kardus baru yang bisa dipesan dengan ukuran yang diinginkan.

"Kita juga sedia untuk yang custom, tapi harganya dua kali lipat, karena kan belinya juga kardus itu baru per layer dan kita kerjasama juga dengan perusahaan lain untuk dibuatkan. Dipotong dan dilipat sehingga berbentuk menjadi kardus," kata dia.


Dianggap Kumuh, Bisnis Kardus Omzetnya Bisa Capai Rp 300 Juta/Bulan Foto: Selfie Miftahul Jannah


Dewi menjelaskan, meski bisnis ini tampak ringan namun banyak masyarakat yang ternyata membutuhkan. Mulai dari kardus untuk kebutuhan pindahan, penyimpanan arsip, sampai pengiriman barang.

"Beragam ya, tapi kalau yang kebutuhan bisa mungkin bisa pakai kardus bekas. Tapi kalau kebutuhannya untuk ekspor itu bisanya kardusnya pesan, ukuran berapapun," jelas dia.

"Minimum order itu 1000 kardus ya, terutama di Kalimantan mereka itu cukup kesulitan untuk mendapatkan kardus untuk pengiriman yang layak untuk ekspor," kata dia.

Lebih lanjut mengenai skema dagang, Dewi mengaku tidak menggunakan penjualan online atau bergabung dengan skema penjualan online. Alasannya Dewi tidak biasa menjual kardus dalam item sedikit.

Banyak kok yang nawarin gabung (penjualan online) tapi kan itu pemesanannya paling 50 kardus, kan kalau biaya angkut mahal. Saya udah punya minimum order 1000 kardus, itu baru ada ongkos kirimnya. Kalau mau per pice bisa langusng datang saja ke Kramat Djati atau depok," jelas dia.



Ia juga berpesan bagi para pengusaha yang masih membangun usahanya untuk tetap ulet. Jangan terfokus dengan apa yang dikatakan orang lain. Cukup percaya bahwa apa yang dikerjakan bisa menghasilkan.

"Yang namanya usha itu pasti ada jatuh bangun. Tapi kalau kita percaya, tentang apa yang kita kerjakan menghasilkan jangan takut. Karena kalau sudah usaha roda akan berputar, modal jadi keuntungan, keuntungan akan terkumpul sampai akhirnya modal itu balik dan akan begitu terus sampai keuntungan nggak akan berhenti mengalir kalau kita nggak berhenti inivovasi dan perluas pasar," jelas dia.

(dna/dna)

Hide Ads