Raup Omzet Rp 60 Juta dari Penyewaan Alat Snorkeling di Labuan Bajo

Raup Omzet Rp 60 Juta dari Penyewaan Alat Snorkeling di Labuan Bajo

Moch Prima Fauzi - detikFinance
Sabtu, 16 Mar 2019 14:00 WIB
Foto: Moch Prima Fauzi/detikcom
Labuan Bajo - Cerdik dalam melihat peluang usaha, jadi bekal bagi pasangan suami istri Fikri Ali (45) dan Eti Irawati (33) dalam membuka jasa penyewaan alat snorkeling. Mereka sadar dengan banyaknya wisatawan yang datang ke Labuan Bajo untuk melihat alam baharinya, membuat alat snorkeling banyak diperlukan wisatawan.

Sejak 2011, mereka pun membuka usaha penyewaan alat snorkeling bernama Eko Flores Tour yang berada di Jl. Soekarno-Hatta, Labuan Bajo. Lokasinya terbilang strategis karena berada di depan pelabuhan.

Fikri Ali bercerita awalnya ia dan istri hanya memiliki usaha warung makan. Dari warung makan itu ia kembangkan usahanya ke jasa penyewaan alat snorkeling.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Modal awal kami hanya punya 12 pasang (alat snorkeling). Per pasang beli Rp 750 ribu," ujar Fikri Ali saat ditemui detikFinance, Jumat (1/3/2019) lalu.


Lambat laun usaha penyewaan alat snorkelingnya semakin berkembang. Dari awalnya beromzet Rp 3 juta per bulan, kini Fikri Ali dan Eti Irawati bisa mengantongi omzet hingga Rp 60 juta per bulan.

"Kalau ini aja awalnya satu bulan Rp 3 juta aja. Tapi sekarang penghasilan per bulan Rp 30 juta kalau musim sepi. Kalau musim ramai bisa Rp 60 juta di high season bulan 5-11," imbuhnya.

Saat ini koleksi alat snorkeling yang mereka miliki sudah berjumlah 210 pasang. Setiap satu pasang yang terdiri dari masker udara dan sepatu katak disewakan seharga Rp 30 ribu per hari. Masing-masing penyewaan untuk satu item Rp 15 ribu.

Selain disewakan secara perorangan pada turis, Fikri Ali dan Eti Irawati juga bekerja sama dengan para tour guide atau agen travel untuk menyediakan alat snorkeling. Di musim ramai pengunjung atau high season semua peralatan snorkeling mereka bisa habis disewakan.


Sukses dengan bisnis snorkeling, mereka pun punya bisnis lainnya berupa kos-kosan. Total ada 6 kamar yang disewakan dengan biaya sewa Rp 950 ribu per bulan.

"Itulah hasil uletnya kita, teliti dengan uang walaupun awalnya utang sana sini untuk membangun suatu kesuksesan. Ya alhamdulillah sudah ada perubahan," ungkap Fikri Ali.

Sementara itu Eti Irawati, sang istri, mengatakan modal usaha yang mereka gunakan awalnya berasal dari pinjaman bank. Ia meminjam dari Bank BRI melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 10 juta.

"Modal awalnya itu dulu Rp 10 juta. Itu juga ambil dari dana KUR dengan jaminan BPKB terus meningkat sampai sekarang," ujarnya.

"Lumayan sekarang sudah tidak tinggal ngontrak lagi. sudah punya rumah. Bahkan punya kos-kosan," timpal sang suami.

Baca berita lainnya mengenai Teras BRI Kapal Bahtera Seva di Ekspedisi Bahtera Seva. (prf/hns)

Hide Ads