Sampah plastik kering tersebut bisa diolahnya menjadi beragam produk, mulai dari tas, dompet, sampul buku harian atau sampul catatan, hingga payung. Omzetnya pun bisa dikatakan lumayan untuk ukuran sampah plastik yaitu sampai Rp 10 juta per bulan.
"Alhamdulillah itu (omzet) sebulan sekitar Rp 5 juta sampai Rp 10 juta bersih," ungkap pendiri komunitas lingkungan Trashion, Yanti kepada detikcom, Sabtu (23/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika sudah terkumpul (sampah plastik) yang kemasan-kemasan kita mau jual kembali tidak ada yang mau menerima. Saya harus berfikir, bahwa ini tidak boleh kembali ke lingkungan karena visi misi kita bank sampah adalah mengurangi sampah lingkungan terutama sampah plastik," kata wanita yang kini berusia 49 tahun tersebut.
Akhirnya ia mulai bereksperimen dengan membeli alat jahit yang lebih bagus agar hasilnya nanti bisa lebih kuat dan bernilai tinggi dari segi kualitas serta desain. Setelah itu ia mengaku jika komunitasnya mulai dilirik oleh JGC (Jakarta Green and Clear) yang kemudian mendapatkan predikat terbaik dalam lomba lingkungan.
"Inspirasinya jika sekarang ya mengikuti zaman, namun kalau dahulu hanya sekadar masih coba-coba sampai 100 barang olahan tidak ada yang beli. Akhirnya saya harus inovasi terus agar masyarakat tidak bosan melihat hasil kita. Jadi saya suka buka-buka di internet model-model tas yang bisa disesuaikan dengan bahan ini (plastik kering) karena bahan ini tidak bisa seperti bahan kain atau kulit yang elastis. Sehingga saya memikirkan bagaimana plastik-plastik ini tetap ada desainnya gitu," papar wanita yang juga menyebut komunitasnya I2KL (Ibu-ibu komunitas lingkungan).
Dalam acara #BhayPlastik Festival ini, Yanti sadar akan sulitnya sampah plastik diurai sehingga perlu ada aksi nyata dalam mengurangi sampah plastik, salah satunya dengan mengolah menjadi barang yang dapat digunakan kembali dan bernilai tinggi.
Selain Yanti sebagai komunitas lingkungan yang hadir dalam acara #BhayPlastik Festival juga terdapat beberapa stand makanan, salah satunya Irma yang berjualan olahan nasi di acara ini. Menurut Irma acara #BhayPlastik Festival merupakan langkah yang baik dalam mengurangi sampah plastik karena mengajak masyarakat yang datang menggunakan tumbler serta lunch box untuk membeli makanan yang ada, bahkan ia juga sadar bahwa sampah plastik tersebut sulit untuk diurai.
"Acara ini bagus ya untuk mengurangi sampah plastik yang susah diurai. Apalagi ya dulu waktu zaman saya kecil masih suka ngubur sampah plastik di tanah, dan ketika diuruk kembali ternyata sampah plastiknya masih utuh dan memang susah untuk diurai. Jadi dengan mengajak masyarakat untuk mengurangi plastik dan membawa tumbler sendiri itu merupakan langkah yang baik untuk menjaga lingkungan kita di masa depan," papar Irma. (ega/zlf)