Sedotan Bambu Ramah Lingkungan yang 'Terbang' hingga ke Australia

Sedotan Bambu Ramah Lingkungan yang 'Terbang' hingga ke Australia

Trio Hamdani - detikFinance
Senin, 01 Apr 2019 06:54 WIB
Foto: Dok. @bulungbambu
Jakarta - Tak sedikit orang yang mulai sadar dampak negatif penggunaan sedotan plastik bagi lingkungan. Rupanya kesadaran masyarakat ini menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Seperti yang ditangkap Yumna Batubara, pemilik dari Bulung Bambu yang memproduksi sedotan dari bambu.

Yumna memulai bisnis sedotan ramah lingkungan sejak 4 tahun lalu, alias 2014. Sebenarnya saat itu sudah muncul sedotan yang lebih ramah dari plastik yaitu stainless steel. Kala itu, dia mengatakan masih sangat langka produk sedotan dari bambu, yaitu baru ada satu di Ubud, Bali.

"Saya awalnya mulai 4 tahun lalu. Saat itu belum terlalu booming sedotan bambu. Masih booming-nya sedotan stainless steel gitu, dari metal," katanya saat berbincang dengan detikFinance seperti ditulis Senin (1/4/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yumna yang tinggal di Bali itu, merasa bisnis sedotan bambu cukup unik. Kebetulan dia memiliki pegawai yang bergelut di bidang kerajinan tangan. Bermula dari situ, dia memberanikan diri memulai bisnisnya.

Namun, saat itu sedotan bambu belum begitu diterima masyarakat. Pasalnya produk tersebut masih dianggap asing digunakan. Namun lambat laun produknya mulai diterima di masyarakat.

"Akhirnya baru booming dua tahun terakhir ini sih," ujarnya.

Dia mengaku saat itu hanya menggelontorkan modal Rp 10 juta untuk memulai bisnisnya pertama kali. Dana tersebut dia bagi untuk beberapa kebutuhan.
Sedotan Bambu Ramah Lingkungan yang 'Terbang' hingga ke AustraliaFoto: Dok. @bulungbambu

Dia menggunakan separuh modalnya untuk membeli bahan bambu yang akan diolah menjadi sedotan, dan separuhnya lagi dia gunakan untuk membeli peralatan dan menggaji pegawai. Bambu yang dia olah dipasok dari Surabaya.

Dalam sebulan, dia mampu menjual sedotan bambu hingga 30 ribu pcs. Mayoritas dia ekspor ke Australia dan beberapa ke London. Sementara pangsa pasar dalam negeri justru masih cukup rendah.


"Kalau dalam negeri paling mentok sebulan 2.000 pcs," sebutnya.

Menurutnya masyarakat lokal belum begitu tereduksi terhadap pemanfaatan sedotan ramah lingkungan ini, di samping harganya yang lebih mahal ketimbang sedotan plastik.

Sedotan yang dia jual harga satuannya adalah Rp 2.000 dengan minimal pembelian 100 pcs. Dia membandingkan, dengan uang Rp 10 ribu hanya bisa dapat 5 psc sedotan bambu. Sementara sedotan plastik, lanjut dia bisa dapat lebih banyak. Ini yang membuat masyarakat belum bisa meninggalkan sedotan plastik.

"Kalau kita beli sedotan plastik bisa Rp 10 ribu dalam satu plastik itu kita bisa dapat 100 buah," tuturnya.

Padahal dari segi kualitas, sedotan bambu buatannya bisa dibilang awet. Dengan perawatan yang tepat, dia mengklaim sedotan plastik bisa bertahan hingga 2 tahun lamanya.


Cara merawat sedotan ini agar awet, dia mengatakan sehabis digunakan sebisa mungkin segera dicuci dengan air tanpa menggunakan sabun. Setelah itu sedotan langsung dikeringkan, bisa dengan tisu atau lap kain.

"Klien saya sendiri sudah bilang 'kamu punya (produk sedotan) itu sampai dua tahun bisa dipakai dan nggak jamuran'," katanya.

Dari bisnis yang telah dia geluti hingga hari ini, Yumna berhasil mengantongi omzet hingga ratusan juta rupiah per bulannya.

"Kalau sebulan itu bisa sekitar Rp 100 juta, sampai Rp 150 juta juga sampai kalau lagi ramai," jelasnya.

Nah, bagi masyarakat yang berminat untuk membeli sedotan bambu ini, dia memasarkannya lewat Instagram @bulungbambu. Proses pemesanan bisa dilakukan lewat media sosial tersebut.

Sedotan Bambu Ramah Lingkungan yang 'Terbang' hingga ke AustraliaFoto: Dok. @bulungbambu
(ang/ang)

Hide Ads