Potensi tersebut dimanfaatkan oleh Linda Wahyuni bersama suaminya Afri Meldam yang mampu menyulap kerikil, kayu bekas menjadi suatu produk pajangan yang bernilai.
Linda menceritakan, awal mula dirinya menjalankan usaha yang diberi nama Fugufigu ini melihat banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari bercocok tanam. Seperti di Nagari, Sumpur Kudus, Sijunjung, Sumatera Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Melalui kerajinan tangan, Linda memiliki keinginan dan harapan jika masyarakat sekitar Nigara, Sumbar bisa beralih dari yang sebelumnya menjadi petani. Apalagi, potensi pasar kerajinan tangan di Indonesia masih sangat besar.
"Karena bahan baku dan produk awal (kerajinan kayu) didatangkan langsung dari sana," jelas dia.
Sebelum menjalankan Fugufigu, Linda merupakan pegawai swasta di salah satu stasiun televisi dan suaminya bekerja sebahai karyawan swasta saja. Alasan utama memutuskan untuk menjadi pelaku usaha adalah karena ingin fokus menjadi ibu rumah tangga.
Dia pun tidak mempedulikan gaji yang didapatkan sebagai pegawai swasta bersama suaminya setiap bulan hampir Rp 20 jutaan.
Modal usaha menjalankan usaha Fugufigu, kata Linda, sebesar Rp 5 juta yang digunakan peralatan produksi seperti mesin bubut dan gaji tukang. Awal mula memasarkan produk Fugufigu lewat media sosial Instagram dengan penghasilan satu bulan pertama Rp 3 juta.
Adapun, produk kerajinan tangan yang diproduksi Fugufigu ada banyak varian, pebble art (customized) frame ukuran 5R harganya Rp 90.000. Hiasan pebble art di talenan Rp 65.000- Rp 90.000. Macrame art (gantungan/hiasan dinding dan tas) dibanderol mulai dari Rp 600.000-Rp 500.000 tergantung tingkat kesulitan.
Sejak Oktober 2017, Linda sekarang bisa mengantongi pendapatan Rp 5-Rp 6 juta per bulan. Kini, produknya sudah masuk ke Australia dan Malaysia. Bahkan di Indonesia sudah berada di seluruh Indonesia.
Untuk pasar Indonesia sendiri, Linda dan suami telah memiliki banyak kepanjangan tangan atau reseller. Bahkan, Fugufigu akan memasarkan produknya lewat e-commerce.
"Sampai saat ini, rata-rata per bulan kami bisa mendapatkan pemasukan Rp. 5-6 juta dari usaha ini," jelas dia.
Meski sudah memiliki penghasilan yang cukup tinggi dari usahanya, Linda mengaku mendapat beberapa kesulitan. Salah satunya adalah menyesuaikan waktu produksi dengan pengiriman sesuai pesanan konsumen.
![]() |
Selanjutnya, mendapatkan vendor yang kurang jujur hingga produk yang diterima konsumen rusak dalam perjalanan. Untuk membangkitkan semangat, Linda mengaku mengingat kembali masa-masa pendirian Fugufigu.
"Kami mempunyai cita-cita besar bahwa suatu hari kelak kami bisa membantu masyarakat di Sumpur Kudus, terutama ibu rumah tangga, untuk mendapatkan penghasilan tambahan dengan bergabung menjadi pengrajin kami," ujarnya.
"Kami juga ingin suatu saat bisa menularkan usaha kreatif berbasis masyarakat ke semua orang di Indonesia," tambahnya.
Selanjutnya, bagi masyarakat yang penasaran serta ingin memesan produk Fugufigu ini bisa melalui Instagram @fugufigu atau pesan via Whatsapp dinomor 081363411236.
(hek/dna)